Dapatkah Puasa Mencegah Dusta?

Ibadah puasa sebuah ibadah yang diwajibkan oleh Allah Azza wa Jalla adalah sebuah ibadah yang unik. Ibadah yang hanya diketahui antara yang melakukannya dengan Rabbnya. Ibadah ini akan menjadi sarana melatih kejujuran pada diri setiap orang.

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam dengan caranya telah menunjukkan tujuan puasa yang sebenarnya, dan menerangkan bahwa dengan melaparkan dan menghauskan diri, tanpa mengingat tunjuan puasa yang sebenarnya, maka puasanya menjadi tidak berguna. Beliau mengatakan :

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang keji (dusta) dan melakukan kejahatan (kepalsuan), Allah tidak akan menerima puasanya, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum”. (HR.Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu Hurairah).
Dalam hadist yang lainnya :

“Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lapar dan haus, dan banyak orang yang bangun di malam hari tidak memproleh apa-apa selain berjaga malam”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud dari kedua hadist itu sangat jelas. Yakni, semata-mata melaparkan dan menghauskan diri bukanlah ibadat, tapi hanyalah suatu alat untuk melaksanakan ibadat yang sebenarnya. Dan ibadat sebenarnya adalah mentaati hukum dan aturan Allah, karena takut kepada-Nya, dan mengerjakan hal-hal yang mendatangkan ridho-Nya.
Selanjutnya, tujuan puasa berkaitan dengan iman dan mawas diri (introspeksi). Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam menyuruh kaum muslimin untuk memperhatikan tujuan puasa yang sebenarna. Sabda Rasulullah :

“Barangsiapa menjalankan puasa dengan pnuh iman dan mengharpakan akan keridhaan Allah, maka akan diampuni semua dosanya yang telah lalu”. (HR.Bukhari Muslim)

Iman berarti kepercayaan kepada Allah, dan harus selalu ada dalam hati da pikiran seorang mulsim. Ihtisab berarti seorang muslim, yang hanya mengharakan ridha Allah semata, dan terus-menerus menjaga agar pikiran dan tindakannya tidak bertentangan dengan ridha Allah. Apabila seorang menjalankan puasa sesuai dengan kedua prinsip ini akan diampuni seluruh dosanya. “Orang yang selalu bertaubat adalah seperti orang yang belum pernah berbuat dosa sebelumnya”.

Dibagian lain, puasa tujuan menjadi perisai dari dosa. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, menegaskan dalam sebuah hadist :

“Puasa adalah bagaikan perisai (yakni perisai yang melindungi diri dari serangan setan). Karena itu orang yang berpuasa hendaklah (menggunakan perisainya dan) mencegah diri dari hal-hal yang dilarang dan tidak patut. Apabila ada seorang yang mencela dan mengajak bertengkar dengan hendaklah ia berkata : “Aku sedang berpuasa (dan jangan libatkan aku dalam perbuatanmu)”.

Kemudian, dalam hadist-hadist lainnya Rasulullah Shallhau alaihi wa sallam telah memberi petunju bahwa orang yang sedang berpuasa hendaklah banyak-banyak mengerjakan amal kebaikan. Khususnya selama ia berpuasa hendaklah mengembangnkan dalam dirinya rasa simpati terhadap saudara-saudaranya sesama muslim. Dengan merasakan lapar dan haus, ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudaranya yang miskin dan sengsara, hal ini seperti diriwayatkan oleh Ibn Abbas, bahwa Rasulullah selama bulan Ramadhan banya bersedekah. Tak seorang pun pengemis yang kembali dari pintu rumahnya dengan tanpa hampa. Ini menandakan betapa peraaan kasih yang dimiliki oleh Rasulullah terhadap orang-orang fakir.

Di bulan Ramadhan ini, menurut hadist Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, mengatakan :
“Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka hal itu akan menjadi ampunan dan keselamatan baginya dari api neraka, dan dia akan memperoleh pahala sebanyak pahala orang yang berpuasa itu, tanpa dikurangi sedikitpun”.

Apakah semua yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini, sudah sesuai dengan yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam?
+++
Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup, dan kami menyampaikan terima kasih atas partisipasi dan pendapatnya.