Menuntut Prestasi Wakil Umat

Sudah nyaris menjadi hal biasa jika para wakil rakyat di DPR tidak lagi mempunyai hubungan emosional dengan rakyat yang diwakilinya ketika mereka sudah asyik dengan dunia mereka di Senayan. Mulai dari fasilitas mewah berupa rumah dan mobil, hingga gaji resmi yang mencapai 900 juta rupiah per tahun. Rakyat menjadi seperti anak-anak ayam yang kehilangan induk.

Hubungan baru kembali mesra ketika aroma pemilu mulai berhembus. Saat itu, para wakil rakyat akan kembali berwajah manis, memerlihatkan wajah peduli, dan empati dengan rakyat yang diwakilinya.

Kalau dilihat dari kacamata umum, sekali lagi, mungkin itu sudah menjadi hal biasa. Karena seperti itulah tingkat moralitas bangsa ini. Tapi, jika dilihat dari sudut pandang secara akhlak Islam, fenomena itu menjadi sangat tidak terpuji. Karena jabatan di DPR, dari sudut pandang Islam, adalah amanah umat yang punya nilai tanggung jawab besar di dunia dan akhirat.

Dari situ, semestinya, anggota DPR dari partai-partai yang berasas Islam, memperlihatkan nilai plus yang membedakan mereka dengan partai-partai lain. Tapi, jika dilihat dari laporan kehadiran mereka yang dikeluarkan Setjen DPR, memperlihatkan bahwa nilai plus para kader partai-partai berasas Islam seolah melebur dengan yang lain. Sama saja, bahkan berada di bawah partai sekuler.

Kalau dari segi kehadiran yang tergolong paling asasi dalam perjuangan di parlemen saja sudah bermasalah, bagaimana dengan perjuangan membela kepentingan umat yang telah mereka kampanyekan.

Bagaimana dengan harga-harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan yang kian mencekik umat saat ini? Bagaimana dengan keistiqomahan para wakil umat dalam skandal bank Century yang mereka gembar-gemborkan beberapa bulan lalu?

Kalau prestasi para wakil umat yang mengemban amanah besar menjadi setara, bahkan di bawah rata-rata, tidak tertutup kemungkinan, umat tidak lagi mampu membedakan mana partai sekuler dan mana partai Islam yang mestinya mereka bela. Dengan santai, umat akan berkomentar, ”Ah, sama saja!”

Lalu, masihkah bisa berharap akan ada perubahan kesejahteraan umat dari kiprah dakwah wakil umat di Senayan? Perubahan seperti apakah yang bisa dan mungkin harus mereka lakukan sebagai pengemban amanah besar ini? hm

**

Redaksi mengucapkan banyak terima kasih atas komentar, saran, dan kritik yang telah disampaikan pembaca pada edisi sebelumnya. Semoga bisa menjadi masukan berharga buat kita semua.