Obama dan Dominasi Amerika di Indonesia

Pekan ini, kalau tidak batal, akan ada daya tarik sorotan media yang bisa mengalahkan letusan Merapi dan derita korban tsunami Mentawai. Mulai Selasa hingga Rabu besok, Presiden AS Barack Obama direncanakan akan bertamu ke Indonesia.

Kunjungan ini merupakan kunjungan ketiga tahun ini yang dua rencana kunjungan sebelumnya akhirnya batal. Tidak jelas soal pembatalan itu. Selain kebocoran minyak di lepas pantai teluk Meksiko.

Reaksi pun sudah mulai bermunculan. Beberapa ormas Islam sudah menyatakan penolakannya. Menurut mereka, Obama adalah pemimpin negara penjajah yang tidak patut untuk dianggap sebagai tamu di Indonesia.

Sementara, sejumlah ormas Islam lain mengajak umat Islam di negeri ini untuk menghormati Obama sebagai tamu. PBNU misalnya, menghimbau masyarakat Indonesia untuk menyambut Obama sebagai tamu yang dihormati. Justru, menurut PBNU, kedatangan Obama dapat dimanfaatkan untuk mendesak presiden negara pro Israel ini sebagai jembatan dialog antara Islam dan Barat.

Begitu pun yang disampaikan Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Ketua MUI, KH Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa kedatangan Obama sebagai tamu harus diterima dengan baik. Menurut MUI, kedatangan Obama diharapkan memberikan solusi global dan komitmen-komitmen untuk menyelesaikan permasalahan nasional di Indonesia.

Sejumlah kalangan menganggap bahwa kunjungan Obama merupakan pengukuhan dominasi Amerika terhadap negara muslim, khususnya Indonesia. Hal ini karena sejumlah langkah strategis Indonesia sudah mulai dianggap ‘melenceng’ dari garis yang diinginkan Amerika.

Seperti diketahui, bahwa belum lama ini Indonesia memperlihatkan keseriusannya untuk melengkapi persenjataan dalam negeri melalui negara selain Amerika. Pesawat Sukhoi buatan Rusia yang melengkapi alutsista TNI, sedikit banyak akan mengusik keperkasaan dominasi AS. Begitu pun soal ekonomi yang mulai ada kerenggangan dengan Amerika menyusul bangkitnya ekonomi Cina dan India yang bisa menjadi alternatif kemitraan untuk Indonesia.

Satu hal yang menarik dari kunjungan Obama adalah penghilangan kesan pro Islam yang semula akan dijadikan ‘sentuhan emosional’ untuk masyarakat Indonesia. Seperti diberitakan, karena padatnya agenda, Obama batal berkunjung ke masjid terbesar di Indonesia, Istiqlal.

Sebenarnya, kondisi politik dan ekonomi Amerika yang carut marut menuju kebangkrutan saat ini, dan seperti diusulkan sejumlah pengamat dalam negeri adalah momentum bagi Indonesia untuk keluar dari doimnasi Amerika yang sangat merugikan itu.

Tidak ada lagi yang dapat dharapkan dari Obama. Apalagi dengan kekalahan Partai Demokrat dalam pemilu midterm, semakin melemahkan posisi Obama. Tapi pertanyaan sederhana pun muncul: mampukah? Adakah pemimpin Indondesia sekarang berani mengatakan dengan : "Go to hell with yours aid"?

+++

Redaksi mengucapkan terima kasih atas masukan pembaca dalam Dialog sebelumnya. Semoga bermanfaat untuk kita semua.