Dilema Bangsa Arab Setelah Revolusi

Ada dua kubu di dunia Islam yang saat ini sedang berebut pengaruh di timur tengah, yaitu gerakan syiah yang dimotori oleh Iran dan Al-Qaeda yang dimotori oleh anak-anak muda dari gerakan salafy-jihadi, sebuah gerakan salafy yang berbeda jauh dari “salafy” yang identik dengan kerajaan Saudi. Keduanya berebut pengaruh dengan isu yang sama yaitu pembebabasn tanah Arab dan kaum muslimin dari kekuasaan para dictator Arab yang menjadi boneka Amerika-israel.

Hal yang unik adalah dua gerakan ini tidak begitu disukai oleh seluruh tiran di tanah Arab, syiah yang berkiblat kepada Iran walaupun membawa jargon “kebangkitan Islam” namun tetap saja sebuah kebangkitan yang tidak begitu popular dikalangan Sunni yang mencurigai mereka sebagai kedok untuk menyebarkan ideology Syiah yang sesat dan bathil menurut sebagian kalangan Sunni. Sedangkan Al-Qaeda dengan reputasi terornya sangat sulit diterima oleh kalangan oportunis yang ikut mendompleng revolusi Arab karena tekanan amerika secara langsung maupun tidak langsung.

Walaupun begitu dibenci oleh kalangan Sunni,Syiah tidak bisa diremehkan begitu saja. Seperti yang dilansir oleh situs EraMuslim.com (Rabu, 09/03/2011), dimana kerajaan Saudi membebaskan seorang ulama berpengaruh Syiah, Taufik al-Amir setelah demo kalangan Syiah yang menguncang kerajaan Saudi. Syiah mulai menunjukkan kekuatan mereka dengan mendompleng isu revolusi Arab untuk mencapai tujuan-tujuan politis yang dikebiri oleh kerajaan Saudi. Hal ini juga terjadi di Bahrain, gerakan Syiah kembali melakukan tekanan terhadap keluarga kerajaan dengan mendompleng isu “revolusi” yang mewabah di dunia Arab.

Lalu dimana posisi Al-Qaeda sebagai gerakan jihad global memposisikan dirinya, Al-Qaeda ternyata disinyalir telah “bermain” dalam revolusi Arab. Saat revolusi sedang bergejolak di Tunisia, Al-Qaeda cabang Magrib melalui pimpinannya yang bernama Syekh Abu Musab Abdul Wadud mengirimkan pesannya di situs-situs milik kelompok jihadis dengan mengeluarkan pernyataan akan mendukung revolusi di Tunisia dengan menyuplai senjata dan pelatihan.

Begitu juga saat revolusi Mesir bergejolak, Al-Qaeda cabang Irak memposting seruan untuk terus berjihad hingga syariat Islam tegak dan menghimbau umat Islam mesir tidak usah percaya dengan demokrasi dan yang lainnya. Kalau di Libya campur tangan Al-Qaeda sudah disinyalir oleh penguasanya sendiri, Muamar Qaddafy beberapa hari setelah meletus bentrok senjata antara milisi pro-pemerintah dan milisi pro- revolusi.

Dilemma Dunia Arab.

Dunai Arab yang belum siap dengan perubahan yang sangat mengejutkan ini seperti makan buah simalakama. Bila mengikuti alur dan gaya Al-Qaeda bisa dipastikan mereka akan berhadap-hadapan dengan Amerika yang tidak menghendaki perubahan dunia Arab yang menerapkan system Islam. Bila dunia Arab nekat untuk menerapkan syariat Islam bisa dipastikan amerika dan eropa tidak mungkin tinggal diam, opsi militer pasti akan dipilih oleh Amerika untuk menghalangi tegaknya syariat Islam yang mengangu keamanan sekutu abadinya, Israel.

Bila masih menerapkan system kerajaan atau presiden, dunia arab masih trauma dengan penguasa sebelumnya yang cenderung diktaktor dan membawa kembali dunia Arab lebih mundur dari sekarang. Namun melihat peta perpolitikan disana opsi ini akan dipilih karena tidak mungkin mereka akan secara terang-terangan melawan amerika yang masih kuat bercokol di timur tengah. Terlalu mahal untuk memilih opsi yang pertama dan resikonya sangat berat.

Namun bila mencoba kompromi dengan mengandeng Syiah yang berkiblat kepada Iran, hal ini juga menjadi opsi yang sangat sulit karena secara aqidah mayoritas penduduk Arab adalah Sunni, Sunni punya sejarah yang kelam dengan syiah dalam lintasan perjalanan Islam walaupun Iran menawarkan kerjasama dalam membangun stabilitas di Timur-Tengah.

inilah masa-masa yang sulit bagi dunia Arab untuk menentukan pilihan perjalanan sejarah mereka selanjutnya. Antara tuntutan menerapkan syariat Islam sebagai konsekwensi aqidah dan agama atau melanjutkan kembali system yang sudah mapan yang sudah lama menguasai tanah Arab dan kaum muslimin.

Pilihan yang sama-sama berat dan sulit bagi mereka. Hal ini karena walaupun secara pandangan hidup adalah Islam namun karena system selain Islam telah menguasai mereka bertahun-tahun membuat pola dan sudut pandang mereka sedikit bergeser dan berubah seperti yang menimpa umat Islam di Indonesia yang walaupun Islam sebagai agama mayoritas namun pola piker kebanyakan umat Islam adalah sekuler akibat begitu lamanya umat dijauhkan dari agamanya.

Tapi biar bagaimanapun ini semua baru awal, revolusi belum usai dan perjalanan penerapan Islam adalah sebuah proses yang sudah pasti akan terlaksana walaupun semua orang membendungnya karena penerapan syariat islam adlah fitrah seorang muslim, cepat atau lambat. Revolusi Arab pun sebenarnya adalah berkah karena Islam akan bangkit dari sini setelah lama dilupakan oleh pemeluknya, dengan izin Allah SWT.

Umat Islam tidak boleh pesimis apalagi mundur kebelakang untuk terus berjuang menerapkan hokum Allah SWT hingga hanya agama Allah SWT yang mendominasi seluruh dunia dan mengulang kejayaan masa lalu. Ini bukan prediksi pakar politik atau pakar sejarah, ini adalah prediksi Rasulullah SAW.

…kemudian masa kerajaan yang menyombong (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH ‘ALAA MINHAJIN NUBUWWAH)”. Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Imam Ahmad)

Wallahu A’lam !

profile penulis:

Hanif Abdullah; aktivitas sekarang adalah penggiat disebuah komunitas yang menyerukan penegakkan syariat islam secara kaffah yaitu Sharia4indonesia Community. Tentang aktivitas itu bisa diliat di http://sharia4indonesia.com