Asyari Usman: Indonesia Yang Kini Membuang Hati dan Akal Sehat

Ibu hamil sempat berdiri 3-4 menit baru kemudian ada perempuan muda yang dengan enggan memberikan tempat duduknya. Saya mengamati dua anak muda laki-laki yang di depan mata mereka ada dua orang yang berdiri menggendong anak. Mereka berdiri sempat agak lama, lebih dari 10 menit.

Saya mulai tak sabar. Saya meminta kepada salah seorang anak muda itu agar memberikan seatnya kepada ibu yang menggendong anak. Alhamdulillah, anak muda itu tidak marah. Bahkan kelihatan tulus memberikan tempat duduknya.

Pikiran saya kemudian mengolah kejadian ini. Apakah sudah sedemikian parah kerusakan akhlak anak-anak muda Indonesia? Tidakkah ada lagi hati yang iba melihat orang tua berdiri di depan mata? Tidakkah ada lagi kepekaan melihat perempuan hamil yang berdiri di samping seat mereka? Sudah biasakah sekarang membiarkan perempuan berdiri di dalam KA sambil menggendong balitanya, sementara laki-laki atau perempuan yang masih muda duduk tanpa merasa “bersalah”?

Saya hampir 25 tahun tinggal di London, 2011 pensiun. Sampai saat saya terakhir kali menggunakan KA bawah tanah di ibukota Inggris itu tahun lalu, orang-orang muda dan kuat masih memakai hati mereka. Ketika melihat orang-orang yang lebih pantas duduk ketimbang mereka, orang-orang yang muda dan kekar saling bergegas menawarkan tempat duduk kepada orang-orang yang lebih berhak duduk. Itu di London. Begitu juga di sejumlah kota Eropa lainnya yang pernah saya lihat.

Bagi saya, sangat tak masuk akal kecuekan yang ditunjukkan terhadap orang-orang senior usia ketika mereka ini harus berdiri di depan anak-anak muda yang kebagian seat di KA Prameks. Biarpun kelas KA ini memang tidak menjamin semua orang duduk, rasa-rasanya tidaklah pantas anak-anak muda bersikap tak peduli dengan orang-orang tua yang tak kebagian tempat duduk.