Inilah 9 Orang yang Ngaku-Ngaku Imam Mahdi

5. Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib (julukannya adalah Dzu An-Nafsi Az-Zakiyah/ orang yang mempunyi jiwa yang suci), wafat tahun 145 H adalah seorang yang banyak melakukan puasa sunnah di siang hari dan shalat tahajjud di malam hari. Pada masanya, banyak orang yang menyangka bahwa dia adalah Imam Al-Mahdi. Ia mempunyai pengikut dan gerakan dakwah. Ia berusaha untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik. Namun Dinasti Abbasiyah yang memerintah di kala itu memeranginya dengan mengirimkan 10 ribu orang prajurit, sehingga dapat menghabisi gerakannya. Ia pernah melakukan pemberontakan terhadap khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah; karena pada zaman itu banyak terjadi kezaliman dan kesewenang-wenangan di mana-mana.

6. Ubaidullah bin Maimun Al-Qidah termasuk salah seorang yang mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, yang wafat tahun 325 H. Kakeknya seorang Yahudi. Ubaidullah adalah seorang pemimpin gerakan Qaramithah[2] yang membunuh banyak kaum muslimin dan mencuri Hajar Aswad tahun 317 H. Kelompok ini lebih bahaya kekafirannya dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Anak-anaknya mempunyai kekuatan dan kekuasan. Mereka berhasil menguasai Mesir, Hijaz [3], dan Syam [4]. Mereka juga berbohong dalam menisbatkan diri kepada Ahli Bait, dan mengklaim sebagai keturunan Fathimah Radhiyallahu Anha. Oleh karena itu, mereka menyebut diri mereka dengan Fathimiyyun (keturunan Fathimah). Mereka menghapuskan peradilan berdasarkan madzhab Imam Syafii dan menghidupkan perayaan-perayaan di kuburan, sehingga menyebabkan kaum muslimin mendapatkan musibah besar dalam agama mereka.

Kelompok Qaramithah memperlihatkan bahwa mereka adalah orang-orang Islam, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir. Mereka tidak termasuk ke dalam agama mana pun, madzhab mereka adalah gabungan dari madzhab agama Majusi, para penyembah api, dan madzhab sha`ibah, penyembah bintang.

Ibnu Katsir mengatakan, Kekuasaan Bani Fathimiyyun berlangsung lebih dari 280 tahun, dan Abidullah Al-Qadah mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, sehingga dia membangun kota yang diberi nama Al-Mahdiyah.[5]