Apakah Pernah Ada Perempuan Menjadi Nabi? Ini Jawabannya…

3. Tidak Semua ‘Yang Dipilih’ Berarti Nabi

Demikian juga tentang istilah: ‘Allah telah memilih’ seseorang, tidak selalu ‘orang yang dipilih’ otomatis menjadi nabi. Ada orang-orang tertentu yang disebutkan telah ‘dipilih, namun mereka tidak digolongkan sebagai nabi.

Misalnya keluarga Imran, nyata dan tegas disebutkan bahwa keluarga ini telah ‘dipilih’, namun tidak semua keluarga Imran itu menjadi nabi. Ada sebagian yang jadi nabi namun Imrannya sendiri malah bukan nabi.

إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (QS. Ali Imran: 33)

4. Tidak Semua Yang Didatangi Malaikat (Jibril) Berarti Nabi

Demikian juga dengan didatanginya beberapa orang oleh seorang malaikat, bukan selalu secara otomatis mereka yang didatanginya itu seorang nabi.

Para shahabat Rasulullah SAW pernah didatangi oleh malaikat Jibril yang menyerupai manusia, dengan ciri pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak seorang pun yang mengenalnya dan tidak ada bekas tanda datang dari perjalanan yang jauh.

Lalu Jibril berbicara dengan nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab yang fasih hingga semua yang hadir dapat mendengar dan paham betul apa yang sedang dibicarakan. Dan setelahnya, Rasulullah SAW menegaskan bahwa yang datang tadi itu adalah Jibril untuk memberikan pelajaran agama kepada para shahabat.

Semua shahabat yang hadir di sana tentu mendengar bagaimana Jibril menyampaikan isi ajaran dar langit. Namun tidak satu pun dari shahabat itu yang diangkat menjadi nabi.

Pendapat Yang Mengatakan Adanya Nabi Perempuan

Namun kita tidak menutup-nutupi bahwa memang benar ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ada nabi perempuan. Dengan menggunakan dalil di atas, yakni ada di antara mereka yang didatangi malaikat, atau dipilih atau mendapat wahyu.

Di antara mereka yang berpendapat demikian adalah Ibnu Hazam, Al-Qurthubi dan Abul Hasan Al-Asy’ari. Lihat kitab Fathul Bari jilid 6 halaman 447 dan 448. Kita juga bisa merujuk tentang hal ini pada kitab Lawami’ul Anwar Al-Bahiyah jilid 2 halaman 66.

Namun pendapat mereka ini tidak bisa dianggap mewakili pendapat umumnya para ulama, sebab Al-Qadhi Iyyadh menukil bahwa jumhur ulama sepakat bahwa tidak ada nabi perempuan.