Metode Penentuan Awal Bulan Mana Yang Lebih Kuat? Hisab atau Rukyah? Ini Penjelasan Gus Baha

Bicara Soal Habib Rizieq Shihab, Gus Baha: Dia Keturunan Rasul, Pasti Baik

Eramuslim.com – Hari raya Idulfitri kembali berbeda di Indonesia. Penganut hisab lebaran hari ini, Jumat 21 April 2023. Sementara penganut rukyat besok, Sabtu 22 April 2023.

Mana di antaranya yang lebih kuat atau lebih meyakinkan?

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menjelaskan tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan polemik rukyah dan hisab, khususnya untuk penentuan awal Ramadan dan Idulfitri.

Untuk menjelaskan tentang hisab, Gus Baha mengutip ayat ke-5 dalam surat Yunus yang berisi tentang peredaran matahari dan bulan yang menjadi sumber kajian ilmu hisab:

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ

Gus Baha menerangkan, hisab adalah ilmu yang dibenarkan Al-Qur’an, jadi tidak boleh menolak dan anti hisab. Adapun dalam tradisi fikih mazhab Syafi’iyah, orang boleh-boleh saja percaya hisab, asalkan hisab yang qath’i (pasti) dan konsensus.

Dalam ilmu hisab memang ada masalah subjektivitas, yaitu jika dilakukan satu atau dua orang ahli saja. Makanya, hisab membutuhkan konsensus disebut hisab qath’i.

Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Rembang ini menyebut, sebagaimana kesepakatan ulama ahli hisab, jika tinggi hilal sudah mencapai 2 derajat, maka sudah bisa dirukyah.

Sedangkan jika hasil hisab menunjukkan masih di bawah 2 derajat, maka hisab tersebut boleh diikuti dan boleh tidak diikuti. Apabila hisab hilal menghasilkan angka 3 derajat, maka ulama pun membolehkan ifthar (menutup akhir bulan Ramadan) seandainya tidak ada rukyah.

“Walaupun tidak ada rukyah pun saya berani Lebaran. Karena 2 derajat saja muttafaq ‘alaih. Bisa dirukyah apalagi 3 derajat,” ungkap Gus Baha.

Terkait rukyah, Gus Baha mengutip hadis Nabi yang menyebutkan:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ

“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat tanggal, bila kamu tertutup oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban 30 hari.”

Berdasarkan hadis itu, Gus Baha mengatakan bahwa rukyah adalah penting, tetapi rukyah yang tidak berbeda dengan hisab, yaitu imkan rukyah (kemungkinan terlihatnya hilal).

Karena itu, Gus Baha menyayangkan umat Islam terjebak politik identitas ormas, sehingga ia melarang untuk membuat pelabelan tertentu terhadap sikap ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah.“Ilmu ini memang rumit. Tapi, kalian tidak perlu membuat dikotomi NU itu rukyah, kalau Muhammadiyah itu hisab!” tegas Gus Baha.

(Gelora)

Beri Komentar