Peraturan untuk Tidak Memakai Jilbab

Assalamualaikum wr. wb.

Ustadz yang dirahmati Allah, saya seorang dokter yang sedang menempuh studi di luar negeri. Sebagai bagian dari pendidikan kedokteran, saya diwajibkan utuk mengikuti program praktek ke rumah sakit sehari dalam seminggu. Ini akan dimulai pada bulan depan. Yang membuat saya gundah, ada peraturan kalau kita enggak boleh memakai jilbab di rumah sakit tempat saya harus kerja praktek (rumah sakitnya harus di situ). Dan ini sudah saya konfirmasi ke bagian administratifnya, ternyata memang tidak boleh memakai jilbab selama di rumah sakit. Pembimbing saya menyarankan untuk melepas jilbab kalau sedang di rumah sakit, dan memakai kembali kalau keluar dari RS.

Ustadz, apa yang harus saya lakukan? Terima kasih sebelumya

Wassalamaualikum wr. wb.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau ada peraturan yang melarang wanita memakai jilbab dalam melakukan studi atau pekerjanaannya, kemungkinan peraturan itu lahir dari salah satu dari dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama, pembuat peraturan itu bodoh. Dia tidak mengerti hak asasi manusia yang paling asasi, yaitu menutup aurat dan punya rasa malu. Mungkin pembuat peraturan itu memang tidak punya malu atau tidak ada konsep malu di otaknya. Sayang sekali, di abad 21 ini, kita masih menemukan species seperti ini.

Kemungkinan kedua, pembuat peraturan itu bukan tidak tahu hak asasi manusia. Sebaliknya dia mungkin sangat tahu, tapi sengaja ingin menginjak-injak hak asasi orang lain. Sebagai salah satu bentuk arogansi dan implementasi dari kesombongan sebagai makhlu tuhan.

Kalau yang terjadi karena kemungkinan kedua, para nabi dan rasul serta orang-orang terdahulu sudah seringkali mengalaminya. Bahkan para nabi ada yang mati dibunuh, diperangi, diboikot, dipukul dan disakiti. Begitulah cara Allah dalam menguji iman seseorang, tidak mudah rupanya untuk membuktikan bahwa diri kita ini beriman.

Sebagaimana firman Allah SWT:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 142)

وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 146)

Dua ayat di atas pada ujungnya meminta kita sabar ata ujian yang Allah SWT berikan. Tapi makna sabar bukan berarti menyerah kalah atas kehendak orang jahil, sebaliknya yang namanya sabar adalah tetap bertahan atas segala resiko dan kepedihan. Yang penting kita bisa tetap berpegang teguh pada perintah Allah.

Kalau musuh-musuh Allah memberikan satu dari dua pilihan, antara tetap menjalankan agama tapi akan disakiti dan dirugikan dengan mengingkari perintah Allah dan tidak tidak akan disakiti, maka yang dimaksud dengan ‘sabar’ adalah tetap berpegang teguh menjalankan perintah Allah meski disakiti dan dirugikan. Dan itulah ciri orang beriman.

Rupanya Allah SWT sedang minta bukti kepada Anda, benarkah ikrar keimanan anda selama ini? Kalau anda mundur dan takut kepada peraturan buatan manusia, berarti ujian ini akan memberitahukan bahwa anda masih ‘belum’ lulus. Sebaliknya bila anda tegar di jalan Allah, tetap menutup aurat meski harus diberi sanksi buatan manusia, anda tetap kuat, tidak minder, tidak mengeluh, tidak patah semangat, insya Allah anda lulus ujian.

Kami doakan semoga Anda segera bisa lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi di mata Allah. Bersama dengan saudari-saudari kita di seluruh belahan bumi yang juga sedang mengalami nasib yang sama. Seperti yang sekarang terjadi di Perancis. Dan semoga Allah SWT memberi hidayah kepada mereka yang masih saja melarang wanita muslimah berpakaian sesuai hati nuraninya yang lurus, yaitu menutup auratnya dengan rapi. Amien.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.