Miss Universe Mesir dan Lebanon: Ketika Bikini dan Perempuan Mengganti Bom dan Teroris


Di kepulauan Bahama, AS, saat ini tengah berlangsung perhelatan bagi kaum hedonis dan feminis sejati: pemilihan Miss Universe. Tak ada yang berubah dari perhelatan tahun ini karena masih tetap berlangsung sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, bagi negara-negara Arab dan Timur Tengah, mereka menyaksikannya dengan murung dan menderita.

Dari 22 negara Arab, hanya dua Negara yang menyertakan warganya dalam kontes kecantikan yang jelas-jelas mengeksploitasi perempuan ini, yaitu Mesir dan Lebanon. Jutaan rakyat Mesir menjerit karena pelaksanaan kontes ini hampir berdekatan dengan Ramadhan, dan Hosni Mubarak—presiden mereka—masih tetap mengizinkan seseorang dari negara mereka yang senantiasa mendengungkan Al Quran pergi ke Miss Universe. Ikhwan merana. Bahkan Kristen Koptik pun begitu. Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan. Sedangkan Lebanon, sebuah negara Sy’iah di Timur Tengah yang lain setelah Iran—jadi tidak ada yang perlu diherankan untuk saat ini.

Tahun ini, perhelatan Miss Universe memasuki usianya yang ke-58. Cukup tua, dan pemenangnya adalah Miss Venezuela Stefania Fernandez. Tahun 2006, pada 9 April, Tamar Goregian, 23, seorang Kristen dari Iraq, menarik mundur dari kontes ini. Ia dipandang sebagai wanita yang tak punya empati kepada negaranya karena mengikuti kontes seperti ini di saat negaranya sedang dijajah oleh negara penyelenggara kontes tersebut. Tak ada yang mau menggantiakn Goregian.

Tahun ini, tampaknya keikutsertaan Mesir dan Lebanon seolah isyarat langsung dari Barat bahwa ada yang bisa menggantikan bom dan teroris yaitu bikini dan perempuan cantik. Jika sekarang, hanya diikuti 2 negara saja, entah dengan tahun-tahun yang akan datang, seiring dengan makin merebaknya paham liberal di negara-negara Arab. (sa/jp)