Di Yordania, Abdullah Pecat Kabinetnya


Raja Abdullah dilaporkan telah menunjuk PM baru setelah ribuan orang Yordania turun ke jalan memprotes kenaikan BBM, harga pangan, memperlambat reformasi politik.

Raja Yordania Abdullah memecat pemerintahnya karena protes jalanan semakin besar dan meminta penasihat mantan militer Marouf Bakhit untuk membentuk kabinet baru, demikian kata seorang pejabat.

Keputusan Raja Abdullah datang setelah ribuan Yordania turun ke jalan, dan jelas dipicu oleh pengusiran rezim di Tunisia dan gejolak di Mesir. Rakyat menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Samir Rifai yang disalahkan untuk kenaikan harga bahan bakar dan makanan dan memperlambat reformasi politik.

Kabinet Rifai mengundurkan diri pada Selasa. Dan Abdullah segera menunjuk Marouf al-Bakhit sebagai perdana menteri. Tidak ada rincian lain sejauh ini.

"(Bakhit) adalah mantan duta besar di Israel. Dia dipandang sebagai seseorang aman," kata Rosemary Hollis, profesor studi kebijakan Timur Tengah di London’s City University. "Saya tidak melihatnya sebagai tanda liberalisasi. Perdana menteri sebelumnya berbicara reformasi tetapi sedikit yang sebenarnya terjadi."

Protes telah tersebar di seluruh Yordania dalam beberapa minggu terakhir, dan demonstran menyalahkan korupsi menjadi salah satu permasalahan di negeri itu.

Pemerintah Yordania disebut-sebut turut bertanggung jawab atas resesi berkepanjangan dan meningkatnya utang publik yang mencapai $ 15 milliar per tahun ini di salah satu negara di dunia Arab terkecil itu, dan malah sekarang sangat bergantung pada bantuan asing. (sa/hrtz)