Mimpi Buruk CIA di Khost

Peristiwa bom bunuh diri yang menewaskan tujuh anggota dan kepala CIA di kantor pusat di kota Khost merupakan  mimpi buruk, dan sekaligus kemunduran badan intelijen Amerika, yang paling masyhur, selama 8 tahun perang di Afghanistan.

Kamatian 7 orang anggota dan kepala CIA, sebuah kerugian besar, dan ini juga menggambarkan betapa sulitnya menjalankan misi perang di Afghanistan. CIA yang memiliki reputasi telah dikelabui seorang agen ‘ganda’, yang direkrut fihak intelijen Yordania, dan ditransfer ke Afghanistan untuk membantu CIa, dan memberikan data informasi yang sangat penting tentang keberadaan orang nomor dua Al-Qaidah Ayiman al-Zawahiry. 

Tetapi, Human Khalil Abu Mulal al-Balawi, yang seorang dokter itu, justru bukan agen ‘ganda’, tetapi berhasil melakukan pengelabuhan dengan sangat baik, dan berhasil mengelabuhi intelijen Yordania dan CIA, dan melakukan melakukan bom bunuh diri, yang menewaskan tujuh anggota dan komandan CIA. Inilah pukulan yang paling telak terhadap CIA, yang selama diagungkan sebabgai badan intelijen yang amat teliti dalam menjalankan misinya disetiap negara.

Hal ini terbukti belakangan ditemukan yang di relis oleh Taliban Pakistan, melalui web mereka, yang menunjukkan pertemuan antara pemimpin baru Taliban Pakistan, Hakimullah Mesud dengan Al-Balawi. Dengan foto  yang ada itu, nampaknya CIA dan intelijen Yordania, terkecoh dengan penyamaran yang dilakukan Balawi. Seperti dituturkan isteri Balawi, yang berada di Istambul Turki, Bayrak, mengatakan bahwa suaminya sangat tidak suka terhadap Amerika. Perasaan kekecewaannya itu semakin meningkat, ketika Amerika melakukan invasi ke Irak, dan ingin membalas tindakan Amerika yang telah mereka lakukan di Iraq.

Maka ketika al-Balawi ditugaskan ke Afghanistan oleh intelijen Yordania, dan bergabung dengan agen-agen CIA, maka saat itulah al-Balawi melakukan tindakan yang diluar dugaan para agen dan kepala CIA. Al-Balawi bisa masuk ke markas pusat CIA di Khost, karena sebelumnya pusat intelijen Yordania, memberikan informasi bahwa Al-Balawi akan memberikan yang sangat penting tentang keberadaan Ayman Al-Zawahiri, yang menjadi orang kedua dalam tandzim Al-Qaidah,sesudah Usamah bin Laden.

Saat itu CIA juga tidak menggunakan standar operasi yang baku yang sudah menjadi aturan di dalam organisasi CIA. Biasanya seorang kepala CIA, setiap menemui seorang informan hanya seorang diri, tidak melibatkan banyak anggota lainnya. Tetapi, ketika menemui Al-Balawi ini, kepala CIA melibatkan banyak anggotanya. Inilah yang mengakibatkan banyak korban yang tewas, saat Al-Balawi meledakkan dirinya.  Juga biasanya setiap agen yang bergabung dengan atasannya akan menghadapi sistem keamanan, yang sudah baku. Tetapi, kaitan dalam kasus Al-Balawi itu, CIA tidak melaksanakannya.

Faktanya memang, selain menguasai wilayah yang luas, Taliban dan Al-Qaidah mempunyai jaringan intelijen yang sangat canggih, yang masuk ke dalam berbagai lembaga, seperti militer Afghanistan, pemeritahan, polisi, bahkan akses informasi ke militer Nato, sehingga, tak jarang operasi militer yang dilancarkan Nato, mengalami kegagalan. Karena informasi dari pasukan Nato itu berhasil diserap fihak Taliban dan Al-Qaidah melalui jaringan mereka yang luas.

Taliban terus meluaskan pengaruhnya dalam menghadapi gempuran pasukan Nato, yang dipimpin Amerika. Termasuk usaha-usaha memberangus Taliban Pakistan, yang mempunyai hubungan sangat kuat dengan Taliban di Afghanistan, karena hakekatnya mereka memiliki ikatan yang sifatnya emosional, yang sama-sama suku Pashtun. Tetapi, memang Islam telah mendara daging di kedua wilayah itu. Pakistan dan Afghanistan.

Selama berabad-abad orang-orang Pashtun yang sudah menyebar di dua wilayah Pakistan dan Afghanistan tetap membentuk ikatan yang kuat. Inilah yang menyebabkan mengapa Inggris yang berusaha menjajah gagal. Kini Amerika berusaha menjajah Afghanistan. Pasti akan gagal. Kematian tujuh agen CIA bersama komandannya di Khost, hanya menjadi petunjuk awal, bahwa penjajahan Barat, yang dipimpin Amerika juga akan gagal.

Kegagalan itu seperti ditulis Jendral Michael Flyn, sebelum terjadinya pemboman atas markas CIA di Khost, yang mengatakan, "Delapan tahun masuk ke dalam kubangan perang di Afghanistan, intelijen Amerika hanya berhasil sangat sedikit melaksanakan strateginya dalam perang di Afghanistan". Flyn menulis dengan ‘tanpa petunjuk’ yang jelas, dan ‘kebodohan’, CIA telah gagal menghentikan langkah Taliban.

Kegagalan CIA hanya membenarkan bahwa kebijakan Obama memperoleh kesia-siaan belaka, khususnya menghadapi kelompok Taliban dan Al-Qaidah, yang memiliki motivasi tinggi dalam perang. Karena mereka tidak suka dijajah oleh siapapun. (m/berbagai sumber)