Turki dan Sumpah Palsu Seorang Dokter

Mungkin ini efek dari pernyataan Syeikh Tantawi di Al-Azhar, Mesir. Mungkin juga karena Tukri memang negara yang sekular, dan rakyatnya tak memegang Islam dengan benar. Seorang wanita tua di kota Eskisehir ditolak dalam pemeriksaan medis oleh dokter, karena memakai jilbab.

Fatma Arduc, 69, dilarikan ke pusat kesehatan swasta karena sakit perut, tetapi, katanya, bukannya mendapatkan pemeriksaan medis, ia dihadapkan pada sebuah pertanyaan dari Dokter wanita, yang memeriksanya: "Mengapa Anda tertutup begini?"

Wanita tua itu menjawab dengan mengerutkan kening, "Ini adalah pakaian yang biasa kami kenakan." Gulsen Y., sang dokter, malah memintanya untuk membawa kartu identitas. Artuç kembali ke rumahnya mengambil kartu identitas. Melihat foto di KTP yang menunjukkan kepalanya tertutup, kali ini si dokter menyatakan bahwa gambar pada KTP dan kartu sehat Artuc tidak menyerupai dan ia kemudia menolak pemeriksaan medis wanita tua itu.

Setelah penolakan itu, Arduc pergi ke rumah sakit pemerintah, 2 kilometer jauhnya dari klinik swasta itu dan dirawat oleh dokter lain tanpa masalah.

Bingung dengan penolakan dokter rasis itu, Hamit Arduc, suaminya, melaporkan Dr Y. kepada Direktorat Kesehatan Provinsi di Eskisehir, sebuah kota di Turki.

"Untuk menjadi seorang dokter, orang-orang ini mengambil sumpah muanfik untuk memperlakukan sama setiap orang. Tapi melihat situasi ini, kami tidak mau percaya apa yang kami hadapi, tapi itu benar. Saya sangat prihatin," katanya.

Arduc Fatma menyatakan, ia diperiksa oleh Dr Y. beberapa kali sebelumnya, tapi tidak pernah mengalami situasi seperti ini. Dr Gulsen Y. sendiri menyangkal semua klaim yang dilaporkan keluarga Arduc dan ia mengatakan "Saya tidak membedakan pasien. Saya tidak ingin membicarakannya terlalu banyak. Jika diminta, saya akan memberikan jawaban yang diperlukan. Klaim ini tidak benar."

Setelah menerima keluhan dari keluarga Arduc, Direktorat Kesehatan Provinsi memulai penyidikan. (sa/wb)