Fatah : Hamas Harus Serahkan Jalur Gaza

Lebih dari 100.000 pendukung dari Fatah dan PLO (Palestina Liberation Organization) menggelar aksi demonstrasi di kota Nablus tepi barat pada hari Rabu kemarin, berkaitan dengan pembicaraan mengenai persatuan Palestina yang akan di mulai di kota Kairo Mesir.

Salah seorang peserta aksi yang sudah berumur – Abu Abdallah – menangis terharu karena gembira melihat banyaknya peserta aksi dan panjangnya barisan demonstran sekitar 3 kilometer;""Fatah sudah kembali, PLO sudah kembali dan revolusi sudah kembali juga." kata Abu Abdallah.

Gubernur Nablus dari otoritas Palestina, Jamal Muheisin berbicara pada peserta aksi mengatakan bahwa jika negoisasi dengan Zionis Israel gagal, Fatah akan kembali ke jalur perjuangan bersenjata.

“Mereka salah apabila berpikir bahwa perundingan adalah satu-satunya pilihan bagi Fatah. Justru sebaliknya, semua kemungkinan terbuka, termasuk perjuangan bersenjata selama kita mencari perdamaian dan mereka tidak. "

"Yerusalem adalah pintu gerbang ke perdamaian dan juga pintu gerbang untuk perang," ujar Muheisin, "Israel masuk ke tanah kami dan itu sudah merupakan bagian dari peperangan."

Gubernur tersebut juga mengatakan bahawa PLO dapat membuka 120 kedutaan besar Palestina di seluruh dunia setelah lebih dari 40 tahun berjuang.

Juga berbicara dalam aksi itu, sekretaris Fatah wilayah Nablus – Haytam Al-Halabi, beliau mengatakan,"“Fatah meminta dialog dan perdamaian yang sebenarnya di Kairo nanti. Langkah pertama yang harus dilakukan terhadap semua ini Hamas harus menyerahkan jalur Gaza kepada pihak otoritas Palestina yang legitimasi.

"Kami telah siap menerima Hamas untuk bergabung dengan PLO, tapi tidak untuk PLO bergabung dengan Hamas,’ kata Al-halabi.

"Inilah Fatah datang untuk memperbarui janji yang sebelumnya telah dilakukan PLO,"tambahnya, "Fatah telah menandatangani perjanjian Oslo untuk memimpin ke arah perdamaian, namun hal itu malah menimbulkan aksi Intifadha yang telah menelan banyak korban jiwa."

Seorang anggota dari komite eksekutif PLO, Qais Abu Laila berkata: "PLO akan tetap menjadi satu-satunya perwakilan rakyat Palestina yang representatif. Rakyat Palestina telah membayar darah mereka sebagai biaya dari perjuangan itu." (fq/mna)