Neoliberalisme : Analisa Sejarah

Wacana neo liberal menjadi issue sensitip dalam pilpres 2009 di indonesia. Awalnya bola panas dilontarkan Amien rais ketika SBY memilih boediono sebagai cawapres yang dianggapnya agen neoliberal. Kemudian wacana bergulir ke beberapa media dan gerakan mahasiswa yang dengan tegas menolak boediono. Beberapa partai politik islam juga awalnya menolak boediono, seperti PKS. Walau pada akhirnya drama penolakan ini diakhiri dengan sikap yang oleh media dianggap inkonsisten, yaitu menerima boediono.

Wacana makin memanas ketika terjadi prokontra menuju debat terbuka dan ilmiah karena para pakar ekonomi seperti srimulyani, rizal malaranggeng faisal basri di pihak pro ,sedang kwik kian gie, rizal ramli dan fuad bawazir serta beberap tim kampanye JK dan Megawati berada dipihak kontra. Tema debat umumnya tentang ekonomi kerakyatan dan liberalisme

liberalisme dalam sejarahnya

Elfisgon dalam bukunya “menghadapi globalisasi “ memberikan gambaran yang cukup baik tentang perkembangan pemikiran ekonomi dunia yang mengawali perkembangan neoliberalisme ini. Liberalisme tumbuh dieropa sebagai reaksi dari sistem theokrasi-feodal yang menindas rakyat eropa. Kaum aristokrat dan gereja menguasai seluruh tanah pertanian yang merupakan mata pencarian penting pada masa itu, sedangkan petani hanyalah berfungsi sebagai penggarap dengan hasil tidak mencukupi hidup keluarganya. Kejinya semua kezaliman tersebut oleh aristokrat dan gereja di legalisasi melalui penafsiran tunggal gereja terhadap ajaran bible.

Akibat penindasan tersebut muncullah gerakan sekulerisme yang berujung pada revolusi di amerika dan prancis. Revolusi ini mengubah wajah eropa yang monarchi-feodal ke demokrasi-liberal. Suatu bentuk pemerintahan yang menggantikan tuhan gereja menjadi tuhan akal. Pemerintahan yang menumpas habis seluruh hak previlege gereja dan aristokrat kemudian menempatkan seluruh manusia dalam hak dan kewajiban yang sama. Walaupun persamaan hak itu hanya dalam kertas karena realitanya tetap ada yang mendapatkan hak previlege itu, yaitu: kaum indrustriawan kapitalis dan para politisi, tidak untuk rakyat kecil.

Seiring dengan revolusi perancis, muncul pemikiran baru tentang ekonomi yang di suarakan oleh adam smith dan david ricardo. Prinsipnya pemikiran mereka adalah apa yang di sebut laisses faire. Suatu konsep dimana perekonomian hendaknya diserahkan kepada mekanisme pasar dan sekaligus menolak intervensi pemerintah dalam menentukan corak di pasar. Dalam perjalanannya konsep ini banyak membawa kezaliman tersendiri yang lebih parah dibanding zaman feodalisme

A. Disparitas lebar antara kaya dan miskin
Betapa tidak! Konsep persaingan sempurna dan invisible hand yang digembar gemborkan akan membuat perekonomian efisien adalah mustahil. Realitanya prinsip laisses faire ini menciptakan kondisi dimana pengusaha pengusaha besar tanpa ampun dengan rakus melalap semua perekonomian kecil dan home indrustri. Akibatnya jurang antara kaum pengusaha dan kaum miskin semakin menganga dan pemerintah tak dapat berbuat apa apa karena pasar dilarang diintervensi sekalipun pasar menunjukkan kebengisan secara telanjang

Yang paling menderita dalam hal ini adalah kaum buruh atau pekerja. Upah mereka ditentukan murni bedasarkan hukum penawaran dan permintaan. Ditambah lagi dengan munculnya revolusi indrustri yang mengakibatkan penggunaan tenaga manusia tergantikan oleh mesin. Akibatnya daya tawar buruh semakin rendah. bahkan mereka harus rela menerima upah yang nyaris nol.

B. Monopoli dan kooptasi politik
Akibat keleluasaaan yang demikian hebatnya terhadap sumber sumber kekayaan maka kaum kapitalis menciptakan kondisi dimana seluruh sektor perekonomian dapat dikontrol sedemikian rupa, inilah yang disebut monopoli. Berbagai sektor vital dengan mudahnya diakses kaum kapialis seperti minyak, transportasi, pertambangan dll. Sedangkan rakyat banyak hanya menjadi penonton atau pekerja dengan upah rendah dan jam kerja yang tinggi.

Yang mengerikan adalah dengan kekuasaan modal yang demikian hebat, pemerintah dengan mudahnya dikontrol untuk mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan misi mereka. Suatu kolaborasi gaya feodal, yang mana zaman feodal kaum aristokrat dan gereja menggunakan ajaran ajaran nasrani untuk melegalisasi kebijakannya. Diera kapitalisme ini pemerintah/politisi melegalisasi semua hawa nafsu kaum borjouis dengan apa yang di sebut undang undang negara.

Melihat ekses ini para sejarahwan menyimpulkan bahwa dalang dibalik revolusi di eropa adalah para bankir, indrustriawan dan pedagang yahudi. Pendapat ini logis, mengingat yang meraih keuntungan dari revolusi adalah mereka bukan rakyat petani eropa. Bahkan dengan gamblang semua itu di ungkapkan dalam buku the protocol of the learned elders of zion, sebuah buku yang menjadi panduan kaum yahudi dalam menguasai dunia. Protocol no1 ayat 25 menjelaskannya” jauh di masa lalu kitalah yang pertama kali meneriakkan “Liberte, equalite dan fraternite”kata kata berulang kali diucapkan oleh “stupid pull parrot” (pembeo yang bodoh)

C. Kolonialisme
Tidak puas dengan permainan lokal kaum kapitalis dimotori inggris, prancis, belanda dan portugis mulai menjarah dunia timur dan seenak perutnya membagi baginya. Sehingga di awal abad dua puluh nyaris seluruh dunia berada dalam kontrol mereka.

Bencana pun mulai terjadi. Selama dekade terakhir abad 19, koloni koloni eropa mengalami bencana kelaparan, kekeringan dan penyakit yang membunuh jutaan manusia diseluruh dunia. Ironisnya kaum kapitalis sebenarnya mampu mencegah bencana tersebut. Persediaan makan dan obat obatan tersedia dalam jumlah besar. Namun karena sedemikan miskinnya, rakyat koloni tak mampu membeli bahan makanan tersebut. Selain itu untuk mempertahanan harga kaum kolonialis lebih senang memusnahkan bahan makanan tersebut pada menyumbangkan untuk kaum miskin.

Penindasan dan kebengisan kolonialisme menimbulkan gejolak gejolak dan pertumpahan darah sepanjang abad 19 dan 20 yang tak pernah terjadi semassif ini dan memakan korban jutaan dalam sejarah dunia. Perang terjadi antara penjajah dengan rakyat negara negara terjajah. Antara negara kolonial pun terlibat persengketaan yang berujung pada perang dunia. Kemudian pertentangan semakin marak ketika ideologi komunis tumbuh dan berkembang di rusia dan menunjukkan dirinya sebagai musuh dari kapitalisme.

Pertentangan diatas akhirnya berujung great depresian pada tahun 1929 bursa saham hancur dan uang menjadi tidak bernilai. Karena orang harus membeli sebuah roti kecil dengan segerobak uang. Perekonomian dunia terpuruk, pengangguran terjadi dimana. Kondisi ini kemudian memunculkan pemikiran baru tentang ekonomi, yaitu keynesian. Atau konsep negara kesejahteraan (welfare state). Paham ini bertolak belakang dengan prinsip laises faire, yaitu menghendaki adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk investasi dan fiskal untuk mencapai full employment dan menaikkan permintaan agregat.

Neoliberalisme

Menjelang awal tahun 80-an negara negara indrustri pemenang perang dunia kedua seperti amerika dan inggris yang telah memiliki banyak perusahaan diseluruh dunia terutama didunia ketiga, ingin membangkitkan kembali paham liberalisme ini namun dalam bentuk yang lain yaitu konsep perdagangan bebas, ekspansi modal dan globalisasi. Inilah yang kemudian disebut neoliberalisme. Presiden reagan dari Amerika dan Margaret Tatcher dari inggris dianggap sebagai “icon” pertama gagasan minimalisasi peran negara dalam lapangan ekonomi.

Tetapi anehnya yang di haruskan menjalankan gagasan ini adalah negara negara dunia ketiga, sedang negara negara kaya, seperti AS, Jerman, Prancis, jepang, dan belanda tidak ada yang mempraktekannya dalam skala yang sama. Tujuan semua itu jelas agar negara kaya dengan segala kekuatan ekonomi, militer dan media massa bisa bebas memeras seluruh kekayaan alam dan pasar negara dunia ketiga tanpa ada hambatan hukum lokal.

Untuk memuluskan agenda diatas tindakan militer dianggap terlalu riskan sehingga yang umum dilakukan adalah mulai dari tekanan politik, media massa, intervensi militer, rekayasa ekonomi. Semua itu di mulai dengan apa yang disebut“utang luar negri”. Melalui badan yang disebut IMF mereka mendiktekan keinginannya kepada negara dunia melalui LOI (letter of intent). Pada umumnya LOI berisi beberapa hal utama:

Pertama, Perdagangan bebas, Kaum neo liberal Mengembangkan konsep perdagangan bebas yang bukan lagi bertaraf nasional namun taraf global yaitu perdagangan dunia. perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu pada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau tanpa hambatan perdagangan lainnya (tanpa regulasi legal). Bentuk-bentuk hambatan perdagangan yang ditolak kaum neoliberalisme (dalam perdagangan bebas): bea cukai, kuota, subsidi yang dihasilkan dari pajak sebagai bantuan pemerintah untuk produsen lokal, peraturan administrasi dan peraturan anti-dumping. Realisasinya adalah pembentukan forum AFTA, APEC dan GATT .

Menurut kaum neoliberalisme pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdagangan adalah produsen dan pemerintah. Kebijakan yang bersifat nasionalis, protektif, dan populis akan mempermiskin negara dunia ketiga. Sedangkan disisi lain pasar bebas akan membuat ekonomi mereka efisien, kompetitif dan bertaraf dunia. Diindonesia kaum neoliberalisme ini diwakili oleh Sri Mulyani. Dalam wawancara dengan kompas dia berpendapat senada dengan kaum neoliberal. Menurutnya pasar bebas diperlukan agar tidak terjadi monopoli oleh perusahaan swasta.

Namun yang tidak disampaikan kepada kita adalah dalam perdagangan bebas perusahaan multinasional bebas juga membunuh indrustri kecil yang tadinya diproteksi pemerintah. Kasus diindonesia adalah apa yang terjadi pada petani tebu dan beras. Pada musim panen, kedua petani tersebut harus gigit jari ketika mereka tak mampu menjual produksinya disebabkan kalah bersaing dengan produk impor. Anehnya pemerintah dalam kasus ini tanpa malu malu melakukan impor dengan alasan menjaga stabilitas harga. Siapakah yang diuntungkan? Yang jelas kaum kaya dikota dan perusahaan makelar beras dan gula. Padahal negara negara kaya seperti belanda, AS, jerman, jepang melakukan proteksi terhadap indrustri pertanian mereka sendiri.

Jika dikemudian hari para petani tersebut mulai meninggalkan ladang mereka karena dianggap tidak menguntungkan dan tak ada keberpihakan negara, mak yang terjadi adalah hancurnya pertanian kita dan negara nantinya tergantung pada impor. Bahaya kelaparan akan muncul jika impor kemudian menjadi sulit.

Contoh lain adalah carrefour. Hipermarket ini dengan mudah bisa ditemui di pusat pusat kota. Mereka bebas bersaing dengan bebas pedagang tradisional. Padahal dinegara asalnya carrefour dilarang berdiri di tengah kota melainkan di pinggir kota. Inilah pasar bebas, pasar yang menggunakan hukum rimba. Seperti konsep darwin sosial dimana ikan besar tidak dilarang memangsa ikan kecil. harimau dibiarkan bebas bersaing dengan ayam. Orang kaya dibiarkan bebas tanpa hukum. Yang terjadi adalah duel yang tidak seimbang yang kuat akan menghancurkan yang lemah. Tak ada hukum disini yang ada hanya siapa yang “survive” dialah yang bertahan.

Kebijakan perdagangan bebas ini tidak ada bedanya dengan liberalisme klasik, yaitu sama dalam hal melahirkan monopoli ekonomi dan konglomeratisme.

Kedua, memangkas anggaran publik untuk layanan sosial. Mengurangi anggaran sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih yang dibutuhkan rakyat miskin sebagai pengaman sosial, karena semuanya itu adalah bantuan dari pemerintah. Indonesia adalah negara yang paling patuh dalam menerapkan prinsip ini. Penghapusan subsidi BBM, swastanisasi pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, belum terealisasinya anggaran pendidikan sebesar 20% yang diamanatkan undang undang, swastanisasi rumah sakit adalah contoh kongkrit. Semua itu dilakukan dengan alasan ketidak tersediaan anggaran. Pemerintah tidak menyadari bahwa akibat kebijakan ini mengintainya bencana kelaparan dan kekurangan gizi pada rakyat pedesaan. Berita berita tentang bayi bayi yang kekurangan gizi adalah awal dari semua bencana itu.

Namun anehnya pemerintah malah mensubsidi orang kaya. Boediono ketika menjabat Direktur BI tahun pada tahun 1998 memberi subsidi kepada pengusaha pengusaha kaya atau yang disebut sebagai BLBI sebesar 400 triliun dan ketika menjabat kepala bappenas dia mengucurkan dana rekap perbankan sebesar 600 triliun. Lebih aneh lagi obligor tersebut di beri kan release and discharge. Menyelamatkan perekonomian nasional adalah alasan yang diumumkan pemerintah ketika kritik datang bertubi-tubi. Inilah logika neoliberal menolak mensubsidi rakyat kecil tetapi royal mensubsidi orang kaya.

Ketiga, rampingkan peran negara melalui privatisasi BUMN. Umumnya kekayaan negara dunia ketiga terkonsentrasi pada BUMN dan pertambangan. Privatisasi akan menghasilkan penjarahan kekayaan nasional oleh multinasional corporate dalam waktu singkat. Kejinya, ketika salah satu perusahaan multinational ini dinegara lain mengalami masalah keuangan, mereka tinggal menjual asset dinegara lain lagi untuk membantu membantu keuangan perusahaan yang rugi tersebut. Ujungnya bisa diprediksi yaitu PHK massal mengancam jutaan pekerja pada perusahaan ex BUMN ini.

Ketika boediono menjadi menkeu keluarlah kebijakan privatisasi yang nyeleneh bahkan pada asset yang strategis. Contoh bank BCA, indosat. Bisa dibayangkan BUMN diatas akhirnya hanyalah menjadi pusat kepentingan kaum multinational yang semakin kaya sedangkan rakyat negara ini harus puas hanya jadi jongos.

Indonesia dan neoliberlisme

Sesungguhnya wacana neoliberalisme diindonesia tidak relevan lagi untuk di bicarakan karena secara tidak sadar negara ini telah menjalankan tanpa “reserve” seluruh agenda neoliberalisme, bahkan jauh sebelumnya yaitu ketika orde baru berkuasa. Orde baru menjadikan “utang luar negri” sebagai fondasi ideologi pembangunan yang dianutnya. Sebuah ideologi yang kontra dengan ideologi presiden pendahulunya, soekarno yang menekankan pentingnya kemandirian nasional. Agenda neoliberalisme masuk kejantung pemerintahan indonesia melalui think tank ekonomi yang disebut sebagai mafia berkeley, yaitu: widjoyo nitisastro, sadli, emil salim dll.

Kini agenda itu tampaknya akan diteruskan oleh generasi baru yaitu : sri mulyani, boediono serta orang orang dibelakang mereka seperti: anggito abimanyu, rizal malaranggeng, Chatib Basri,dan Mohamad Iksan. Tampaknya setelah issue neoliberal ini mencuat kepermukaan, tim kampanye SBY tengah melakukan proyek pencitraan melalui media massa terhadap pribadi boediono ini. Tim tersebut menutupi bahwa boediono ini adalah anggota Dewan Gubernur IMF, per tanggal 21 Mei 2009, sebuah badan tertinggi pengambil keputusan di IMF.

Bagi kita kaum muslimin, tampaknya memilih presiden bukanlah agenda utama dan penting kita bicarakan. Karena tiga calon tersebut setidaknya SBY, sudah bisa dipastikan sulit melepaskan diri dari agenda neoliberalisme ini. Bagi gerakan islam yang utama adalah mengkader calon calon pemimpin masa depan yang setidak tidaknya punya keberanian ala soekarno dan ahmadinejad untuk melawan dominasi asing atau istilah soekarno kaum nekolim, plus keberanian menegakkan syariat islam apapun taruhannya bukannya mengatakan bahwa syariat islam tidak elavan diperjuangkan.

wassalam

Muhammad Herry berprofesi sebagai karyawan swasta