Shaf Lurus dan Rapat

Sudahkah Anda sholat? Pertanyaan ini bisa ditemui disekitar mushola, mesjid dan beberapa tempat tertentu yang biasanya digunakan organisasi – organisasi dakwah untuk selalu mengingatkan kepada umat muslim dalam menunaikan ibadah kewajibanya yakni sholat. Kenapa perlu diingatkan untuk sholat?

Karena memang kita memiliki kelemahan untuk selalu ingat dan senantiasa menomor-duakan sholat dari urusan – urusan yang lebih menyita perhatian kita. Acap kali sebagian kita memiliki anekdot “nanti aja sholat itu no dua”, Jika kita cari tahu memang benar sholat merupakan urusan kedua dalam rukun islam yakni setelah pengucapan dua kalimat syahadat.

Nah dengan begitu sholat berada pada posisi teratas dalam melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, ibadah yang dalam keadaan apapun harus dilaksanakan selagi dalam keadaan bersih (wanita), sehat dan normal, baik dalam perjalanan, sakit biasa sampai sakit keras, nyaris tidak ada satu alasan apapun untuk kita cuti dari sholat.

Shalat satu – satunya perintah wajib yang diperoleh secara langsung nabi Muhammad SAW dari Allah SWT, itu menandakan begitu penting perintah tersebut sehingga tidak melalui perantara malaikat jibril. Besarnya kewajiban ini sejalan dengan manfaat ketika umat manusia melaksanakan perintah tersebut dengan sempurna.

Telah banyak buku yang membahas tentang sholat, dari sekian banyaknya tersebut semua sepakat mengajarkan bahwa sholat yang baik adalah sholat seperti Nabi Muhammad SAW. Lalu seperti apa sholat Nabi Muhammad SAW? Shalat Nabi Muhammad SAW adalah sholat yang shafnya lurus dan rapat.

Di dinding mesjid rata – rata tertempel tulisan “Shaf Lurus dan Rapat” yang berarti pentingnya jama’ah untuk meluruskan shaf dan merapatkan sehingga barisan jama”ah terartur dan rapi.

Tetapi kenyataaan yang sering ditemui adalah shaf tidak lurus dan malah renggang, tidak ada pertemuan atau sentuhan badan antara satu jemaah dengan yang lain. Padahal Nabi Muhammad menjelaskan melalui hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar rodhiyallohu’anhuma, Rosululloh shollallohu ’alaihi wassalam bersabda, ”Rapikanlah shof, sejajarkan antara bahu, penuhi yang masih kosong (masih longgar), bersikap lunaklah terhadap saudara kalian dan janganlah kalian biarkan kelonggaran untuk setan”.

Sebuah kaidah dalam Islam menyatakan bahwa asal perintah adalah wajib. Begitu pula mustahil suatu perkara yang mendapatkan ancaman maka hukumnya hanya sampai sunnah saja.

Entah apa yang menjadi keengganan sebagian kita untuk tidak merapatkan shaf disaat sholat berjamaah, terkadang serasa sensitif ujung kaki saling bersentuhan satu sama lain. Padahal sudah diterangkan setiap celah yang masih kosong maka disitu kesempatan setan untuk hadir diantara solat, alhasil itu yang menjadi sebab ketidakkusyukan dalam sholat.

Ternyata perintah tersebut tidak serta – merta ditulis oleh pengurus mesjid tetapi tertera tegas di Hadist Nabi Muhammad SAW “Ratakan barisanmu, maka sesungguhnya meratakan barisan itu termasuk kedalam menegakan (menyempurnakan) sholat” (H.R Bukhari, Muslim).

Sudah semestinya setiap perintah rosulullah SAW memiliki keutamaan – keutamaan, dalam hal ini penulis akan menyimpulkanya sebagai berikut : Pertama, Tanggung Jawab Imam, seperti biasanya sebelum sholat dimulai, Imam selalu mengingatkan dan memerintahkan kepada jamaah untuk merapatkan dan meluruskan shaf.

Dalam sholat berjama’ah posisi imam adalah sebagai pemimpin, maka ada kriteria tertentu untuk menjadi imam salah satunya sesuai dengan hadist rasul yang diriwayatkan Bukhari Muslim “Yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling bagus bacaan alquranya…”.

Pada saat imam menyerukan untuk meluruskan dan merapatkan shaf itu merupakan sikap yang penuh dengan tanggung jawab seorang pemimpin kepada yang dipimpinanya, menjadikan makmumnya tertib dan rapi sampai selesai sholat.

Kedua, kesetaraan sesama manusia, Allah SWT menilai manusia bukan dari paras wajah, keturunan, dan harta kekayaan tetapi Allah menilai manusia dari tingkat ketaqwaan kepada Allah SWT. Tidak ada perbedaan yang memisahkan antara orang satu dengan yang lain dalam shaf jamaah, karena islam sangat mengahargai sebuah keyakinan ruhiah berupa ketaqwaan dibanding dengan perbedaan fisik yang mampu diukur oleh manusia.

Dan untuk mengetahui kesetaraan dalam hal kedudukan maka dapat dilihat disaat sholat berjamaah dan ini sangat tidak berlaku pada sholat jamaahnya para pejabat dinegeri ini sudah datang terlambat tetapi tetap mendapatkan shaf terdepan shaf yang sangat utama.

Ketiga, konsistensi dalam istilah islam bisa kita menyebutnya dengan istiqamah yaitu tetap berpendirian teguh melakukan dan mempertahankan sebuah amalan ibadah. Bagaimana mampu mempertahankan shaf tetap lurus dan rapat pada setiap rakaat dari rakaat pertama, rakaat kedua, rakaat ketiga dan rakaat keempat, karena akan terjadi pergeseran kondisi berdiri setelah pelaksanaan rukun shalat yang lain.

Dalam hal ini dibutuhkan sebuah kesadaran untuk mendekatkan diri kemabali antara satu sama lain, yang perlu diketahui adalah shaf lurus dan rapat yang disampaikan imam sebelum sholat dimulai berlaku sampai sholat selesai pada rukun terakhir yakni tertib.

Keempat, ukhuwah persaudaraan akan digapai setelah kita sudahi dengan bacaan salam “ Keselamatan Dan Rahmat Allah Swt Semoga Tetap Kepada Kamu Sekalian” yang berarti saling mendoakan satu dengan yang lain. Tidak mengenal rasa sakit hati, iri, dendam dan perasaan lainya, yang timbul adalah perasaan saling mengingatkan dan menguatkan yang dibuktikan dengan pertahanan shaf yang lurus dan rapat sampai sholat selesai dilaksanakan.

Sebuah kekompakan dan keorganisasian yang sempurna dibentuk karena berorientasi hanya untuk Allah SWT. Kelurusan shaf dan kekokohan inilah kebangkitan umat islam akan semakin nampak. Jika yahudi dan nasrani akan takut kepada umat islam ketika sholat subuh nya umat islam sama seperti ramainya shalat jum”at maka dari merapatkan dan melurusan inilah kita akan memulainya.

Ternyata Rosululloh tidak hanya memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shof, namun beliau juga mengancam keras orang-orang yang tidak merapikan shof mereka seperti dalam suatu redaksi hadits, ”Sungguh kalian mau merapikan shof kalian atau kalau tidak maka Alloh akan menjadikan perselisihan diantara kalian.” (HR. Bukhori-Muslim).

Kebangkitan umat islam akan dimulai dari timur maka sudah selayaknya Indonesia memulainya dengan mengkokohkan barisan (shaf), sesuai dengan firman Allah SWT “Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan yang tidak kamu kerjakan, sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teraratur seakan – akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh “ (Q.S 61:3-4).

Muhammad Hayatuddin; Mahasiswa Tahun Akhir Universitas Andalas Padang
Email : [email protected]