Di Penghujung Ramadhan

Hari-hari Ramadan terus berlalu bergabung ke satuan waktu masa silam. Masa perawatan intensif hati ini tidak lama lagi berakhir. Kelak bilangan hari-hari ini akan dihamparkan di pengadilan Rabbul Izzati untuk diperhitungkan setiap menit dan detiknya. Hari-hari kita saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kekuatan menahan keinginan dan perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan.

Bila saat ini kalah, maka alangkah susahnya mengharap kemenangan sejati di bulan-bulan lainnya. Sebab "Barang siapa yang luput mendapat kebaikan di bulan ini, sungguh benar-benar ia luput dari mendapatkan kebaikan."

Keinginan utama diri ini memang untuk menjalankan tugas sebagai hamba Allah dengan sebaik-baiknya. Namun dunia ini masih saja indah di depan mata. Setan tak henti-hentinya berusaha menggelincirkan anak cucu Adam, sesuai dengan komitmen yang ia ikrarkan di hadapan Allah "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik [perbuatan ma’siat] di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang beroleh taufiq di antara mereka".

Adalah sebuah hal yang pasti kita termasuk dalam lingkup "Ajma’in" yang akan digelincirkan oleh setan, dan sama sekali belum ada jaminan untuk masuk dalam golongan mereka yang "mukhlashin’ (yang mendapat taufiq untuk selalu melaksanakan ketaatan). Sehingga diri inipun masih jatuh-bangun melawan keinginan nafsu yang tak pernah berhenti menggoda.

Di saat diri bergelimang dosa, ketaataan pun jarang dilakukan. Hidup dipenuhi hal-hal yang tidak bermanfaat untuk hari esok di akhirat. Sekali melakukan kebaikan, diri ini tidak ikhlas: full riya dan mengharapkan sesuatu yang lain. Sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Padahal masa beramal itu terbatas. Hidup ini ada ujungnya.

Dan ketika semuanya telah berakhir, akan ada suatu hari yang pasti; ketika semua harapan telah tertutup; ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya; tidak ada pertolongan selain pertolongan-Nya; maka "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung."

Di hari itu suasananya sangat berbeda. Semua ditentukan amalnya. "Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Dan banyak [pula] muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka." Entah kita termasuk golongan yang mana.

Sungguh, sejak awal Ramadan kesempatan untuk menjadi orang yang paling beruntung sangat besar. Peluang terbebas dari neraka jahannam terbentang luas. Dalam hadis shahih, Rasulullah sudah menyatakan "Sesungguhnya Allah membebaskan sejumlah hamba-hambanya dari api neraka setiap siang dan malam di Bulan Ramadan." HR. Al-Bazzar.

Maka tak ada rasa putus asa bagi jiwa-jiwa yang merasa berdosa. Masih ada waktu tersisa untuk berlomba menuju surga. Pintu maghfirah terbuka lebar, terutama di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan ini. Malam-malamnya menjadi malam yang terbaik di sepanjang kehidupan umat Nabi Muhammad Saw.

Saatnya untuk sejenak mengistirahatkan diri dari kepenatan duniawi. Saatnya melepaskan beban-beban dosa yang semakin tak tertanggungkan lagi. Saatnya untuk bersimpuh khusyu di haribaan Ilahi, mengejar rahmat dan mengemis ampunan dari Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Rabbi Inni zhalamtu nafsi, faghfirli…

Profil Penulis :

Umarulfaruq Abubakar, Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo