Agen FBI: Saddam Menulis Puisi-Puisi Cinta di Sel Nya

Benarkah Saddam Hussein-mantan penguasa Irak- itu sangar dan kejam? Bisa jadi tidak sepenuhnya seperti itu. Setidaknya kalau mendengar pendapat dari seorang agen FBI George Piro.

Dalam buku "Terorist Watch" dirilis hari Selasa kemarin, Piro menulis bahwa sosok Saddam adalah sosok yang "sangat menarik, karismatik dan simpatik. " Saddam menurut Piro, punya selera yang bagus soal anggur, perempuan, cerutu Kuba dan rajin salat lima waktu.

Pada penulis buku tersebut-seorang wartawan AS bernama Ronald Kessler-Piro menceritakan pengalamannya ketika ditugaskan menginterogasi Saddam Hussein, setelah pemimpin Irak itu tertangkap oleh pasukan AS pada bulan Desember 2003. Ia kemudian ditunjuka sebagai penanggung jawab bidang penanggulangan terorisme di FBI. Piro lahir di Beirut dan fasih berbahasa Arab. Ia dan keluarganya beremigrasi ke Amerika Serikat ketika masih berusia 12 tahun.

Di buku "Terorist Watch" Piro mengungkapkan bahwa Saddam adalah orang yang sangat peduli dengan kebersiha. Menurut Piro, Saddam berhasil menyakinkannya untuk menyediakan tisu basah agar Saddam bisa membersihkan tangannya, termasuk menyediakan buah apel buat Saddam.

Meski rajin menunaikan salat lima waktu, sambung Piro, Saddam masih suka minum anggur berkualitas tinggi dan minum wiski merk Johnny Walker Blue Label. Saddam, kata Piro, juga suka memperhatikan wanita-wanita cantik.

"Ketika seorang perawat datang ke selnya untuk mengambil darah, Saddam minta pada Piro untuk bilang ke perawat tadi bahwa dia sangat manis, " tulis Kessler dalam bukunya. Namun Piro menolak permintaan Saddam.

Piro membantah keyakinan yang beredar bahwa Saddam mampu muncul di depan publik dalam dua sosok. "Dia (Saddam) bilang ke saya, tak seorang pun bisa mempermainkannya, " kata Piro sambil tertawa.

Ketika bertugas menginterogasi Saddam yang berakhir pada bulan Juli 2004, Piro menghabiskan waktu lima sampai tujuh jam setiap harinya dengan Saddam. Saddam pernah mengatakan bahwa di hanya "berpura-pura" mengaku memiliki senjata pemusnah massal untuk menaku-nakuti negara pesaingnya, Iran. Saddam punya keyakinan bahwa ia bisa melanjutkan program nuklirnya begitu PBB mencabut sanksinya pada Irak.

Di luar waktu interogasi formal, Piro mengatakan bahwa ia dan Saddam berbincang-bincang soal sejarah, politik, seni dan olah raga. Dengan menggunakan notebook yang diberikan FBI pada Saddam, Saddam menulis puisi-puisi cinta.

Ketika ditanya tentang peristiwa pembunuhan massal terhadap warga Kurdi di akhir tahun 1980-an yang menewaskan sekitar 182. 000 orang termasuk peristiwa pembunuhan dengan menggunakan gas beracun terhadap 5. 000 warga sipil di Kota Halabja tahun 1988, Saddam hanya menjawab, "Dia mengakui membuat keputusan itu, tapi dia tidak mau memperbincangkan dua tragedi tersebut, " ujar Piro pada Kessler.

Di keluarganya, Saddam mengatakan bahwa dia mencurigai puteranya Qusay sebagai orang potensial merebut posisinya sebagai pemimpin Irak. Qusay yang dikenal sadis, dan kakaknya Uday, terbunuh oleh tembakan pasukan AS di Mosul pada bulan Juli 2003.

Saddam mengaku benci dengan dua presiden AS, George Bush dan anak lelakinya George W. Bush. Tapi, seperti kebanyakan orang Amerika, Saddam mengungkapkan kekagumannya pada Ronald Reagan dan Bill Clinton.

Piro menceritakan bagaimana Saddam menangis, jika waktu interogasi sudah selesai. "Kami duduk di luar, menghisap cerutu Kuba, minum kopi dan ngobrol. Tapi ketika kami berdua harus berpisah, dia mulai menitikkan air mata, " kisah Piro.

Piro melanjutkan, ketika tertangkap oleh pasukan AS, Saddam punya pistol, tapi tidak bunuh diri meski tahu akan menghadapi hukuman mati.

"Biar bagaimanapun, dia (Saddam) adalah sosok yang karismatik, santun dan punya selra humor. Dia orang yang menyenangkan, " tegas Piro. (ln/al-araby)