Azan Waktu Shalat di Kairo: Sebuah Kontroversi?

Saat Shubuh jatuh di menara kembar Bab Zuwaila, azan mengema di Kairo dengan masif. Sang muazin akan menutup matanya, menganngkat kepalanya, dan kemudian mengumadangkan panggilan shalat itu.

Suara azan mengalun sampai jauh, menembus batas dan tembok tua, disatukan dengan solid dalam sebuah teknologi yang bernama gabungan amplifier, mikrofon, dan speaker. Azan di Mesir seperti suara desisan, dan berlalu tanpa meninggalkan bekas yang mengesankan di hati orang-orang yang mendengarnya.

Untuk itu, pemerintah Kairo sedang menyiapkan untuk menyatukan penyiaran azan dengan suara seorang muazin untuk 4.000 masjid di seluruh ibukota.

Menteri Agama Mesir, Mohammed Zaqzouq, tengah menimbang kontroversi di balik proyek ini. "Kami telah kehilangan spiritualitas azan," ia menjelaskan. "Sekarang ini, muazin bersaing pada mikrofon untuk melihat siapa yang bisa mengumandangkannya paling keras."

Dalam beberapa bulan lagi, azan akan terpusat. Azan yang sama akan diteruskan dari studio radio untuk setiap masjid. Di sana, panggilan shalat ini akan diterima oleh penerima yang baru dipasang dan menyampaikannya dalam sinkronisitas yang sempurna di Kairo, dari Piramida Besar ke gubuk-gubuk terkecil.

Keseragaman azan ini akan menghentikan kekacauan yang menimpa Kairo manakala waktu shalat datang. Namun, sebagian pengamat dan para penggiat dakwah Islam menyimpan kekhawatiran bahwa pemerintah Mesir di masa depan akan mengendalikan keseluruhan khotbah Jumat juga – sebuah tuduhan yang ditolak sang menteri.

Di Mesir, adalah kebanggaan tersendiri menjadi seoarang muazin. Mereka tidak memperhitungkan apakah suaranya bagus atau tidak. Rencana pemerintah Mesir ini banyak ditentang. Sayyid Hammad, , mengatakan sebagian besar rakyat menentangnya. "Mereka pikir ini bertentangan dengan semangat Islam.”

Semua untuk Perubahan

Di Masjid Al-Hussein, rencana ini telah membelah para jamaah. Youssef Bakri menyebutkan bahwa azan adalah sesuatu yang luar biasa dan menjadi keanekaragaman di antara muazin saat ini. Azan adalah salah satu suara yang paling khas dari kota Islam ini. "Azan tak harus sama, mungkin unik untuk setiap masjid. Tak satu pun yang sama dari semua Kairo," katanya.

Tapi jamaah yang lain, Said Abdul Wahab, menggambarkan kebisingan yang ditimbulkan oleh azan. "Masjid memulai azan pada waktu yang berbeda," dia menunjukkan. "Anda mendapatkan suara yang bising sangat keras. Saya senang akan perubahan."

Mr Abdul Wahab yang tinggal di dekat sebuah masjid di pusat kota Kairo, sepakat tentang perlunya reformasi. "Secara umum dalam Islam, penting bahwa muazin memiliki suara indah. Tapi akhir-akhir ini siapa pun mengurus masjid telah diizinkan untuk mengumandangkan azan,” katanya.

Tentu, semua itu dapat mempesona bagi semua orang. Kairo adalah kota 1.000 kubah masjid, dan ketika masjid-masjid itu mengumandangkan azan pada waktu yang sama, akan sangat cantik. Keseragaman azan memang sangat penting, tapi untuk mengkover seluruh daerah, bahkan pelosok, bagaimana Mesir? (sa/bbc)