CAIR Berhasil Hentikan Acara TV "Live Prayer Wilh Bill Keller"

Organisasi Council on American-Islamic Relations (CAIR) Cabang Tampa. Florida, Amerika Serikat mengumumkan penghentian tayangan sebuah acara televisi lokal, karena isinya mengandung kebencian terhadap Islam dan umat Islam.

CAIR-Tampa menyatakan, mulai hari ini, Jumat (24/8) stasiun televisi WTOG-TV tidak lagi menayangkan acara bertajuk "Live Prayer with Bill Keller." WTOG-TV menghentikan tayangan itu setelah induk perusahaan stasiun televisi tersebut, yaitu CBS, menerima sebuah surat keberatan dari CAIR dan mendiskusikannya dengan organisasi perlindungan hak asasi Muslim terbesar di AS itu.

Tapi pada surat kabar St. Petersburg Times, Keller mengklaim bahwa CAIR sudah menekan dan mengintimidasinya agar ia tidak tampil lagi di televisi. "Ini bukan kesepakatan yang saling menguntungkan, " kata Keller.

Dalam suratnya ke Presiden CBS Tom Kane dan ke Manager Umum WTOG-TV, direktur eksekutif CAIR di Tampa Ahmed Bedier menulis, "Program yang mengandung nuansa kebencian ‘Live Prayer with Bill Keller’, Islam dan umat Islam disebut dengan sebutan yang buruk dan picik. Sebagai contoh, pada tayangan tanggal 2 Mei 2007, pembawa acara Bill Keller mengatakan ‘Islam adalah agama kebohongan berumur 1. 400 tahun yang berasal dari neraka. Agama ini mengarahkan manusia ke neraka. Mereka yang mengikuti agama bohong ini akan mati dan lenyap selamanya’. "

Pada acara yang sama, tulis Bedier, Keller juga mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan kebencian, kebohongan dan kematian.

"Keyakinan kami, retorika-retorika anti-Islam semacam itu, yang telah dilontarkan dalam ‘Live Prayer with Bill Keller, jelas-jelas gaya bahasa yang bisa mendorong aksi kejahatan bernuansa kebencian terhadap komunitas Muslim Amerika, " tulis Bedier masih dalam suratnya.

"Ketika kami benar-benar mendukung kebebasan berbicara dan kebebasan beragama, televisi publik seharusnya tidak menyebarkan rasa kebencian. Kami memerintahkan WTOG-TV dan CBS untuk menolak kerjasama dengan mereka yang ingin memojokkan sebuah kelompok minoritas, " tegas Bedier. (ln/iolc)