Demi Keselamatan Pasukannya di Irak, AS Adopsi Sistem Keamanan Israel

Kota Baghdad akan dipilah menjadi sejumlah wilayah. Di setiap wilayah didirikan berbagai titik pemeriksaan militer. Tak ada yang diberikan izin melewati pos pemeriksaan kecuali mereka yang mempunyai kartu tanda pengenal baru.

Unit-unit patroli militer hampir setiap jam berkeliling memasuki jalan-jalan kota. Inilah gambaran umum peraturan yang akan diterapkan pasukan Amerika di Baghdad. Cara yang pernah mereka terapkan dahulu saat menduduki Vietnam.

Seorang wartawan Inggris terkenal Robert Fisk yang khusus mengamati masalah Timur Tengah menuliskan laporannya dalam harian The Independent (11/4). Dalam tulisannya, Fisk mengatakan, “Strategi seperti ini telah didiskusikan oleh petinggi pasukan koalisi di Irak, termasuk Jendral Amerika David Petrius yang terlibat dalam kumpulan mantan komando militer AS. Dalam forum itu juga hadir empat orang petinggi Israel terkenal, yang mendiskusikan tema ini selama kurang lebih 6 bulan. ”

Tentang keterlibatan tokoh militer Israel dalam forum tersebut, menurut Fisk ada kaitannya dengan strategi pendudukan Israel yang diterapkan di Palestina selama ini. Langkah membagi wilayah-wilayah Palestina dengan mendirikan berbagai pos militer Israel juga dianggap sebagai pengalaman tersendiri yang bisa menjadi acuan. Meskipun, menurut Fisk, Israel sendiri tidak begitu besar kesuksesan keamanannya dengan menerapkan pola seperti itu.

Menurut Fisk, langkah yang ditempuh AS saat ini dinamakan pula dengan "gated communities" (komunitas terkurung). Dan ini rencananya akan diterapkan di 30 distrik di Baghdad dari total 89 distrik. Langkah ini, dimaksudkan untuk meredam penyusupan kelompok perlawanan yang dalam beberapa waktu terakhir meningkatkan serangannya terhadap militer AS. Bukan hanya itu, strategi seperti ini juga dianggap efektif mengamankan tempat-tempat umum seperti pasar, dari serangan milisi bersenjata.

Warga Bagdad akan diminta mendaftarkan ulang dirinya, untuk mendapatkan kartu identitas baru yang akan diratifikasi tentara AS lebih dahulu. Langkah ini kemungkinan akan diterapkan dalam waktu dekat. Di samping melakukan system "gated communities", pasukan AS juga akan menerapkan system “kunjungan” bagi siapa saja yang ingin memasuki wilayah tertentu dengan mandaftarkan keterangan serta melewati pemeriksaan sebelum masuk ke sejumlah wilayah terisolir. Setiap orang yang mendapat izin kunjungan juga akan mendapat pantauan penuh dari tentara AS di wilayah yang dikunjunginya.

Fisk memandang bahwa penerapan strategi yang pernah gagal diterapkan di Vietnam ini adalah upaya penyelamatan “muka” AS yang dikecam dunia atas meningkat tajamnya aksi kekerasan yang memakan korban demikian besar di Irak. Setelah tiga tahun berlalu pasca kehadiran pasukan AS, tercatat 3.200 pasukan AS tewas. Karenanya, langkah inilah yang dianggap lebih efektif memberi keselamatan untuk pasukan AS. (na-str/iol)