Di Balik Pindahnya Kantor Pusat Halliburton ke Dubai

Pengumuman perusahan multinasional AS Halliburton Corporation tentang pemindahan kantor pusatnya dari Houston, Texas ke Dubai, Uni Emirat Arab mengejutkan banyak pihak. Kecurigaan pun bermunculan. Pasalnya, di AS, Halliburton Corporation termasuk perusahaan yang citranya buruk, dinilai berdarah dingin, rakus dan telah banyak menangguk untung dari konflik di Irak.

Senator AS, Hillary Clinton secara terbuka mengungkapkan kemarahannya terhadap perusahaan yang beroperasi di 120 negara ini. Isteri Bill Clinton ini menyebut Halliburton tidak patriotik dan menuding perusahaan itu sedang berusaha menghindari pembayaran pajak pada negara dengan memindahkan kantor pusatnya ke negara lain.

Halliburton memang menegaskan bahwa mereka tetap perusahaan milik AS dan akan tetap membayar pajak. Mereka memindahkan kantor pusat ke Dubai, semata-mata untuk memperluas dan memudahkan bisnis mereka di bidang gas dan minyak bumi. Banyak kalangan yang menilai, keputusan Halliburton memindahkan kantor pusatnya ke Dubai adalah hal yang wajar. Karena Dubai adalah negara yang telah memberikan hampir 40 persen pendapatan bagi perusahaan itu. Dubai yang sedang mengalami booming di sektor perminyakannya, juga terletak tidak jauh dari Arab Saudi yang rencananya akan membangun industri perminyakan di Irak.

Dubai sendiri adalah kota yang sedang berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat bisnis dan keuangan dunia di kawasan Teluk. Dubai bahkan berhasil menguasai pengelolaan perusahaan pelabuhan AS yang kasusnya sempat memanas tahun 2006 kemarin. Para politisi AS memaksa perusahaan Dubai Ports untuk menjual kembali pengelolaan pelabuhan itu pada AS, karena mengkhawatirkan masalah keamanan jika pengelolaanya diserahkan pada perusahaan milik negara Arab.

Di atas kertas, Halliburton Corporation adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengelolaan energi. Bisnis utama perusahaan yang pernah dipimpin Dick Cheney (wakil presiden AS sekarang) dari tahun 1995-2000 ini adalah Energy Services Group yang menyediakan jasa bantuan teknis eksplorasi gas dan minyak bumi, serta perusahaan subsidi yang bergerak dibidang jasa konstruksi pabrik kimia, ladang minyak dan tempat penyulingan minyak bumi, di bawah payung Kellog Brown and Root (KBR).

Tapi fakta yang terjadi di lapangan, Halliburton Corporation juga bergerak di bidang usaha jasa militer swasta (private military company atau PMC) yang menyediakan jasa penyewaan tentara bayaran. Dalam bidang usaha ini, Jane’s Defence International Review menyebut Halliburton sebagai PMC yang paling kaya dan paling dimanja pemerintah AS.

Pada tahun 2003, di bawah KBR, Halliburton mendapatkan kontrak besar sebagai penyedia tentara bagi militer AS di Irak. Lewat kontrak itu, Halliburton menurunkan sekitar 24 ribu personilnya ke Irak atau sekitar 3/4 total jumlah pekerja asing yang ada di Irak. Masih menurut Jane’s Defence International Review, kotrak Halliburton yang didapat dari pemerintahan Bush di Irak mencapai 12, 5 milyar dollar setahun. Sebuah angka yang fantastis, tak heran jika para pengamat militer menilai Halliburton tidak lebih dari alat yang dimanfaatkan pemerintahan Bush dalam petualangannya di Timur Tengah.

Tahun 2006 lalu pendapatan Halliburton mencapai 13 milyar dollar AS dengan keuntungan bersih sebesar 2, 3 milyar dollar. Publik meyakini keuntungan besar itu berasal dari kontrak-kontrak yang didapatnya di Irak. Dunia Arab, Muslim dan beberapa kalangan di Amerika sendiri khawatir melihat kenyataan ini, bahwa ketidakadilan, kebrutalan dan invasi illegal AS di Irak akan terus berlanjut karena ada misi bisnis di baliknya.

Sedikit demi sedikit, bisnis "sampingan" militer Halliburton di Irak memang mulai terkuak. Untuk memperbaiki citra perusahaannya, Halliburton rencananya akan melepas subsidi KBR dan akan kembali fokus pada bisnis utamanya di sektor industri minyak dan gas bumi. Upaya Halliburton untuk memperbaiki citranya diyakini tidak akan sepenuhnya berhasil, mengingat imej perusahaan tersebut yang sudah terlanjur melekat pada sosok Dick Cheney dan militer AS.

Tapi, siapa yang juga diuntungkan dari pindahnya kantor pusat Halliburton dari Texas ke Dubai? Dalam editorialnya, situs Arabnews menyebut Dubailah yang akan menuai keuntungan. Keberadaan kantor pusat Halliburton di Dubai, akan menciptakan banyak lapangan kerja bagi warga lokal, sumber uang bagi perekonomian dalam negeri Dubai dan tentu saja corporate knowledge, karena meski bermasalah, Halliburton masih menjadi salah satu perusahaan yang paling besar dan paling sukses di AS. (ln/berbagai sumber)