Dokter India Itu Akhirnya Tuntut Pemerintah Australia

Muhammad Haneef, dokter asal India yang dinyatakan bersih dari segala tuduhan terorisme yang dilontarkan aparat keamanan Australia, akhirnya mengajukan tuntutan hukum terhadap pemerintah Australia.

Haneef didampingi tim kuasa hukumnya yang dipimpin oleh pengacara Stephen Keim. Menurut Keim, hubungan kekerabatan kliennya dengan para pelaku yang diduga merencanakan serangan bom di Glasgow dan Inggris, bukan alasan yang kuat bagi Menteri Imigrasi Australia Kevin Andrews untuk mencabut visa kerja Haneef.

Seperti diketahui, meski pemerintah Australia menyatakan Haneef bersih dari segala tuduhan, pemerintah Negeri Kanguru itu tetap mencabut visa kerja Haneef sebagai dokter di sebuah rumah sakit di kawasan Gold Coast.

Menurut tim kuasa hukum Haneef, "test karakter" yang dilakukan aparat berwenang Australia terhadap Haneef juga terlalu berlebihan dan sengaja diarahkan untuk membentuk opini publik bahwa kliennya itu memang bersalah.

Haneef ditangkap aparat keamanan Australia pada tanggal 2 Juli, tak lama setelah peristiwa Glasgow dan setelah aparat keamanan Inggris mengklaim berhasil membongkar rencana serangan terorisme di negeri itu. Haneef ditangkap dengan tuduhan membantu kelompok teroris itu dan sempat ditahan selama tiga minggu. Namun setelah dilakukan penyelidikan mendalam, Haneef terbukti tidak bersalah dan dinyatakan hanya melanggar aturan keimigrasian. Haneef kemudian dipulangkan ke India dan visa kerjanya dicabut oleh kementerian imigrasi Australia.

Haneef mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintah Australia, karena ia ingin mendapatkan visanya kembali sehingga bisa bekerja lagi di rumah sakit di Australia.

Menteri Imigrasi Australia bersikeras bahwa pencabutan visa kerja Haneef berdasarkan pada sejumlah faktor antara lain kasus kartu handphone yang menyeret Haneef berurusan dengan pihak keamanan Australia.

Haneef dituding terlibat kelompok terorisme di Inggris dan Glasgow, karena dari tangan para tersangka pelaku ditemukan kartu handphone yang biasa dipakai Haneef sewaktu masih tinggal di Inggris.

Menteri Imigrasi Australia juga mengatakan bahwa Haneef masih melakukan kontak dengan tersangka pelaku, yang masih sepupunya, lewat chat room di internet, tiga hari sebelum rencana serangan terbongkar.

Terkait gugatan yang diajukan Haneef, Hakim Jeffrey Spender mengatakan, ia akan fokus pada masalah legalitas hukumnya saja dan bukan pada apa di balik keputusan pencabutan visa Haneef.

"Anda boleh-boleh saja berpikir ada resiko kalau ia tetap tinggal di Australia, " kata Spender.

Sementara di luar pengadilan, sejumlah pendukung Haneef melakukan aksi solidaritas dengan meneriakan dan mengusung spanduk-spanduk berisi dukungan pada Haneef. Mereka juga minta para pengendara mobil membunyikan klakson untuk Haneef.

Kalangan yang mengkritik kasus ini mengatakan bahwa pemerintah Australia telah mengebiri hak-hak Haneef, agar terlihat telah bersikap tegas terhadap masalah-masalah terorisme. Mereka juga mengecam sikap Perdana Menteri John Howard yang menolak minta maaf pada Haneef dan malah mendukung pencabutan visa Haneef. Kita tunggu saja bagaimana dan ke manan gugatan hukum Haneef terhadap pemerintah Australia ini akan bergulir. (ln/iol)