Fahmi Huwaidi, "Siapa yang Lebih Berbahaya, Iran atau Israel"

Setiap zaman mempunyai situasi yang harus dilewati sebagai peristiwa aksiomatis. Sebagaimana terjadi saat ini, orang selalu saja berdebat tentang siapakah musuh yang paling berbahaya mengancam dunia Arab, Israel atau Iran?

Ini awal tulisan Fahmi Huwaidi, kolumnis terkenal di Mesir yang kerap memberi pandangan tajam soal berbagai peristiwa di Timur tengah.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut. Fahmi Huwaidi terlebih dahulu mengatakan, tidak pada posisi menilai Iran sebagai negara Syiah di mana tidak sedikit kelompok Islam yang keras menyikapi keberadaan Syiah. Tapi dalam tulisan tersebut, Huwaidi mengangkat ada tiga hal yang disepakati.

Yang pertama, pihak yang paling mendapatkan keuntungan dari problematika ancam mengancam keamanan dunia, yang paling pertama adalah Israel, dan kedua adalah Amerika. Kemaslahatan Israel dari perdebatan soal nuklir Iran adalah terbukanya peluang lebih lebar untuk melancarkan ragam aksi militer terhadap rakyat Palestina. Dan bagi Amerika, jika ternyata proyek serangannya berhasil mencaplok Iran sebagaimana Irak, maka AS akan dapat lebih leluasa menguasai sumber minyak yang dimiliki Iran. Belum lagi bila ditambah dukungannya yang lebih efektif terhadap Israel, bila Iran telah dilumpuhkan.

Masalah kedua, menghindari sikap-sikap yang secara dramatik mengungkap ketakutan terhadap ancaman Iran, bukan membiarkan Iran sama sekali. Tapi di sini yang diinginkan adalah agar semua pihak lebih waspada dan sadar mengenal peta prioritas ancaman yang benar-benar mengancam dunia Arab.

“Saya tidak menafikan adanya kemungkinan ancaman Iran atas dunia Arab, karena hal ini juga termasuk pola pengamanan nasional yang harus dibangkitkan… Akan tetapi yang saya maksud adalah ancaman paling buruk yang bisa datang dari Iran setidaknya tidak dalam waktu dekat, " tulis Huwaidi.

Hal ketiga, Iran bagaimanapun adalah negara Islam yang sudah tentu memiliki misi yang menurutnya, sudah diketahui banyak orang. Bukan tidak mungkin membentuk kesepakatan untuk ko-eksistensi dengan Iran dalam urusan keamanan, agar terwujud saling menghormati satu sama lain dan menanamkan kepercayaan kepada masing-masing pihak.

Fahmi Huwaidi menulis, “Iran berbeda dengan Israel yang menjajah Palestina dan Iran bukan wisatawan yang berdusta saat menginjakkan kaki di Irak sebagaimana dilakukan Amerika. ”

Dalam artikel itu, Huwaidi juga menyampaikan kegalauan pikirannya membaca pernyataan PM Israel Olmert yang dilansir di berbagai media massa Israel, seperti Yodiot Aharonot, Haartetz dan Maaref. Di sana, Olmert menyatakan kegembiraannya terhadap situasi yang dihasilkan dari KTT Arab di Riyadh terakhir. Dengan bahasanya, Olmert mengungkapkan, “Telah terjadi perubahan revolusioner dalam sikap negara-negara Arab. ”

Menurut Huwaidi, mengapa Olmert mengeluarkan pernyataan seperti itu, karena yang paling utama, yang menjadi bahan utama diskusi dalam sidang-sidang KTT itu bahwa dunia Arab memang sedang terancam, tapi faktor pengancamnya tidak disebutkan Israel sebagai ancaman paling besar. (na-str/akhbrn)