Hamas Kecam Pembebasan Sandera Wartawan Fox News setelah Dipaksa Masuk Islam

Dua wartawan Fox News Channel Amerika yang diculik kelompok bersenjata tak di kenal di Jalur Ghaza, akhirnya dibebaskan. Setelah kurang lebih dua minggu disandera, sebuah rekaman video beredar menampilkan keduanya menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ahad Sore (27/8) keduanya dibebaskan di dekat hotel Ghaza, dengan memakai pakaian ala Arab, jubah dan celana. Kedua wartawan itu, adalah Steve Centanni (60) kelahiran Amerika dan Olaf Wigg (36) kelahiran New Zealand.

“Saya dalam keadaan baik, sehat, sangat senang akhirnya bisa bebas,” kata Centanni kepada Fox Channel. Ia mengatakan, bahwa dirinya dan Wigg telah dipaksa untuk masuk Islam. “Saya berpikir, ya Tuhan, di sebuah gudang yang sangat berisik dengan suara generator, mereka sangat dengan mudah menembak kepalaku tanpa ada yang mendengarnya.”

Ia melanjutkan, “Saya sangat menghargai Islam, tapi ada sesuatu yang kami rasa harus kami lakukan karena mereka memiliki senjata dan kami tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Kedua sandera yang dibebaskan itu tampak sangat emosional saat mereka telah dibebaskan di dekat hotel Ghaza, di mana mereka bertemu dengan PM Palestina Ismail Haniyah dalam konferensi pers. Mereka mengatakan, penculikan diri mereka tidak akan membuat trauma para wartawan yang ingin meliput berita di Ghaza.

Haniyah mengatakan, para penyandera tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qaidah dan kelompok pejuang Palestina lainnya. Hamas dan kelompok pejuang Palestina lainnya, justeru mengecam keras penculikan wartawan tersebut.

Sampai saat ini, tidak diketahui afiliasi kelompok bersenjata yang menculik dua wartawan AS tersebut di Ghaza. Para penyandera hanya menamakan diri mereka sebagai kelompok Jihad Maqdis, dan menyatakan bertanggung jawab atas penyanderaan itu. Mereka juga menyampaikan tujuan penyanderaan tersebut untuk menekan AS agar membebaskan para tawanan kaum Muslimin dan tidak menyiksa mereka di dalam penjara. Para penyandera memberi termin waktu hingga pukul 9 pagi hari Sabtu, waktu setempat.

Menurut sejumlah sumber media masa, pembebasan dua orang wartawan itu terjadi atas lobi yang dilakukan Lajnah Perlawanan Rakyat. Jubir Pemerintah Palestina, Dr. Ghazi Hamad, menyebutkan bahwa dua wartawan tersebut sama sekali tidak mengalami penyiksaan selama disandera. Hamad menambahkan, pemerintah Palestina terus memantau masalah ini sejak awal penyanderaan dan berupaya membebaskan mereka. PM Palestina Ismail Haniyah bersama menlu Palestina Saed Shayam juga secara intensif berkoordinasi untuk membebaskan para sandera secepat mungkin dan menjamin keselamatan dua wartawan tersebut.

PM Palestina sejak awal menolak cara penyanderaan yang dilakukan kelompok bersenjata tak dikenal ini. Menurut Haniyah, cara penyanderaan wartawan, bertolak belakang dengan tradisi dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat Palestina yang selama ini sangat bersahabat dengan para wartawan.

Para penyandera yang tak dikenal juga mengeluarkan pernyataan, bahwa mereka tidak akan membunuh kedua sanderanya meskipun tuntutan mereka kepada AS tidak dipenuhi. Alasan pembatalan pembunuhan itu, disebutkan oleh para penyandera, karena para sandera telah menyatakan masuk Islam atas keinginan sendiri. Unit Jihad Al-Maqdis yang mengaku bertanggung jawab atas penyanderaan itu menyatakan, “Di saat negara kafir menolak tuntutan kami, Allah memuliakan kami dengan masuk Islamnya mereka secara sukarela sehingga membatalkan pembunuhan atas mereka. Kami tidak menduga jika mereka menipu dengan menyatakan masuk Islam dan akan murtad setelah dibebaskan.”

Para penyandera lalu menyatakan, orang-orang non Muslim yang datang ke Palestina akan diancam bunuh atau masuk Islam. “Semua orang kafir yang datang ke Palestina, bagi kami darah mereka halal selama mereka belum masuk Islam.”

Kasus penyanderaan yang berakhir pada pembebasan karena sandera masuk Islam ini mendapat kecaman keras dari pemerintah Palestina. Menteri Dalam Negeri Palestina meminta jajaran keamanan untuk mengusut tuntas siapa penyandera para wartawan tersebut. Setelah pembebasan, Shayam mengatakan, “Komunikasi yang dilakukan dengan sejumlah kelompok di lapangan Palestina menyebutkan adanya tangan-tangan luar yang masuk ke jalur Ghaza di balik penyanderaan ini. Kami tidak menghendaki kejadian seperti ini terulang kembali. Kami berterima kasih atas peran semua pihak yang turut membantu pembebasan ini. Ini adalah masalah nasional Palestina yang sangat mempengaruhi rakyat Palestina secara keseluruhan. “

Berbeda dengan pernyataan kelompok penyandera, Shayam menegaskan, “Kami menganggap semua wartawan yang datang ke tempat kami adalah tamu kami selama mereka tidak mencampuri masalah kami. Kami tegaskan bahwa pemerintah Palestina dan seluruh kekuatan Palestina sama dalam memandang masalah penyanderaan ini, agar tidak terulang kembali. Bila masalah ini terulang kembali, maka hal ini akan merusak imej bangsa Palestina dan akan semakin menambah tekanan serta tuduhan buruk dengan anggapan bahwa rakyat Palestina tidak setuju dengan prinsip kebebasan dan kemerdekaan keyakinan individu, lalu mendorong peperangan atas rakyat Palestina.” (na-str/iol,pic, reuters)