Strategi AS Menghancurkan Dunia Islam

RAND Corporation (Rand Corp), sebuah lembaga think-tank AS yang berafiliasi dengan Pentagon memberikan sejumlah rekomendasi untuk memberangus kelompok-kelompok Muslim yang dianggap bisa mengancam dominansi Barat.

Dalam hasil studi terbarunya, RAND menyatakan bahwa AS saat ini sedang mengalami apa yang dikarakteristikan sebagai ‘perang panjang’. "Perang panjang oleh beberapa pihak dideskripsikan sebagai strategi perjuangan untuk mematahkan upaya menyatukan Dunia Islam yang ingin menggantikan dominansi Barat.

Sebagian pihak mengartikannya dengan lebih sempit sebagai perpanjangan dari perang melawan teror," demikian RAND Coorporation.

Hasil studi yang diberi tajuk "Unfolding the Future of the Long War" mengklasifikasikan kelompok-kelompok Muslim itu ke dalam tiga katagori; kelompok jihadis yang memegang doktrin Islam secara teguh, kelompok nasionalis agamis dan kelompok sekular.

Salah satu strategi yang direkomendasikan RAND untuk merongrong gerakan kelompok-kelompok Muslim antara lain dengan mengganjal laju gerakan kelompok yang mereka sebut kelompok jihad salafis (yang berjuang yang mengikuti metode para salaf), dan Amerika  menimbulkan pertentangan di kalangan mereka sendiri (di internal kelompok salafis)

Strategi ini sangat bergantung pada strategi penyamaran atau terselubung, operasi informasi, perang inkonvensional dan memberikan dukungan pada milisi-milisi lokal. Lewat strategi ini, AS harus menjalin kerjasama degan sekutu-sekutu lokalnya dan memanfaatkan beberapa "jihadis" untuk melancarkan kampanye tandingan terhadap kampanye-kampanye yang dlakukan oleh kelompok lawan mereka.

RAND mencontohkan, AS harus bisa memanfaatkan ketegangan dan perbedaan pendapat antara Muslim Sunni dan Muslim Syiah, dengan berpihak pada salah satunya, misalnya kelompok Sunni agar melawan kelompok Syiah.

"Pecah Belah dan Kuasai menjadi cara mudah dan murah guna mengulur waktu sampai AS dan sekutu-sekutunya bisa kembali pusat kekuatan dalam perang yang panjang itu," tulis RAND.

RAND juga merekomendasikan AS untuk melakukan strategi menghambat operasi kelompok-kelompok "jihadis". Yaitu dengan melakukan pendekatan "dari luar dan dari dalam" untuk kestabilan geografi di dunia Islam tetap terjaga, antara negara yang mendukung dan tidak mendukung ideologi Salafi-Jihadis.

"Setelah berhasil mengisolasi para jihadis transnasional dari gerakan-gerakan jihad yang ada, barulah AS bisa melakukan operasi pemberantasan kelompok-kelompok jihadis yang berasal dari luar dunia Islam," tulis RAND dalam laporannya.

RAND menyarankan agar rejim-rejim lokal diperkuat untuk menekan kelompok-kelompok jihad dan mencegah mereka mendapatkan dukungan publik. Dalam hal ini RAND menggunakan basis teori bahwa pendorong munculnya kelompok-kelompok jihad Salafi adalah karena kekosongan pemerintahan dan buruknya pelayanan publik oleh pemerintah.

AS, masih menurut RAND, harus menjalankan strategi dominansinya ke seluruh dunia Islam dengan memfokuskan upaya untuk menyingkirkan kelompok-kelompok jihad. "Dengan strategi ini, AS harus bekerjasama dengan sekutu-sekutunya seperti Aljazair, Mesir dan Yaman untuk menyingkirkan semua elemen-elemen kelompok jihad Salafi dari wilayah-wilayah tertentu dengan cara pendekatan klasik seperti melakukan restorasi infrastruktur termasuk membentuk milisi-milisi lokal," tukas RAND.

Terakhir, RAND merekomendasikan untuk menggunakan kekuatan militer untuk mengganti sebuah rezim di negara-negara Muslim yang dianggap memiliki pengaruh penting. Menurut RAND, jika di dunia Islam terjadi bencana geopolitik yang disebabkan oleh pergantian rezim, maka kekuatan-kekuatan demokratis akan lebih mendapat perhatian publik dan hal ini akan membuat kelompok-kelompok jihad terpojok, sehingga mereka tidak bisa muncul untuk melakukan perlawanan terhadap dominansi AS. (ln/iol)