Israel Dikecam, Presiden NUS di Inggris Mencak-Mencak

Presiden National Union of Students (NUS) di Inggris mengecam sikap para anggota eksekutif organisasi itu, yang mendukung kampanye dan tindakan anti-Israel.

Presiden NUS Aaron Poter menyatakan, ia tidak setuju dengan proposal rencana mengikutsertakan mahasiswa Inggris dalam pelayaran Freedom Flotilla berikutnya, yang akan membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Ia juga menyatakan menolak rencana untuk menjalin kerjasama dengan Universitas Islam di Gaza, karena beranggapan Hamas berada di belakang universitas tersebut.

"Saya ingin mempertegas, bahwa saya tidak mendukung kebijakan itu dan saya akan memanfaatkan sisa jabatan saya untuk menjelaskan bahwa kebijakan ekstrim semacam itu akan merusak citra NUS dan mahasiswa Yahudi," kata Porter yang akan mengakhir masa jabatannya sebagai presiden NUS pada 30 Juni mendatang.

Ia melanjutkan, "Dibawah kepemimpinan saya, NUS sudah menjalin kerja sama yang erat dengan Persatuan Mahasiswa Yahudi untuk menangani persoalan pidato-pidato bernuansa kebencian (terhadap Israel) di kampus-kampus di Inggris."

"Bagi NUS, menerapkan kebijakan anti-Israel yang sangat agresif tidak membantu untuk membangun kerja sama antar mahasiswa di kampus-kampus, dan saya ingin mempertegas pernyataan ini pada seluruh kolega saya. Saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk membujuk Dewan Eksekutif Nasional NUS untuk mengubah sikapnya, dalam pertemuan yang akan datang," tukas Porter.

Organisasi Persatuan Mahasiswa Yahudi di Inggris sudah melalukan kampanye untuk mengajak para mahasiswa melobi Dewan Eksekutif agar menarik dukungannya terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan rakyat Palestina. Para mahasiswa Yahudi itu, dalam kampanyenya memasang foto-foto berbagai insiden anti-Israel yang terjadi di kampus-kampus, antara lagi foto ketika deputi duta besar Israel Talya Lador-Fresher diserang saat memberikan ceramah di Universitas Manchester. Mereka menyebar foto-foto itu ke seluruh kampus di Inggris. (ln/JC)