Israel: Kesepakatan Gencatan Senjata Bukan Perjanjian Perdamaian

Israel akhirnya menyetujui gencatan senjata di Jalur Ghaza dengan Hamas. Radio Israel menyebutkan, Perdana Menteri Ehud Olmert dan Menteri Pertahanan Ehud Barak memutuskan hal tersebut setelah utusan Israel, Amos Gilad kembali dari Kairo.

Gilad adalah utusan Israel yang dikirim ke Mesir untuk membahas kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Sebelumnya, Israel masih enggak mengakui kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas sudah final, meski Hamas dan Mesir sudah mengumumkan bahwa kesepakatan itu sudah tercapai.

"Ini bukan sebuah perjanjian perdamaian. Karena sampai saat ini masih ada aktivitas-aktivitas militer yang dilakukan, kesepakatan ini akan menghentikan aktivitas itu. Pada titik ini, kami memberikan segala kemungkinan, " kata Gilad pada Radio Israel, Rabu (18/6).

Gilad menambahkan, keinginan Israel pada Mesir terkait kesepakatan gencatan senjata total ini adalah, jika ada tembakan mortir dari wilayah Ghaza, siapapun yang melakukannya, maka akan dianggap sebagai pelanggaran.

Sementara itu Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan, kesepakatan gencatan senjata ini harus mengikat kedua belah pihak, Israel dan Palestina. Artinya, jika Israel meminta para pejuang Palestina di Jalur Ghaza menghentikan tembakan mortirnya, Israel juga harus menghentikan total agresi-agresi militernya ke Ghaza.

"Kami di Hamas menegaskan komitmen penuh kami pada kesepakatan ini, bolanya sekarang berada di pihak Israel untuk menerapkan kesepakatan ini di lapangan, " kata Zuhri. (ln/al-arby)