Jyllands-Posten Non Aktifkan Editornya karena Akan Mempublikasikan Kartun Holocaust

Manajemen harian Jyllands-Posten memutuskan untuk menonaktifkan sementara waktu editor budayanya Flemming Rose, setelah Rose menyatakan akan mempertimbangkan untuk memuat kartun-kartun Holocaust di harian itu. Rose adalah orang yang paling bertanggung jawab atas krisis yang terjadi akibat pemuatan kartun Nabi Muhammad Saw, karena dialah yang mengesahkan pemuatan kartun-kartun tersebut.

Manajemen Jyllands-Posten memang tidak secara eksplisit mengatakan bahwa Rose dinonaktifkan, mereka mengatakan hanya memberi ‘cuti tanpa batas waktu’ pada Rose.

"Para editor meminta Flemming Rose untuk mengambil liburan karena tak seorangpun bisa memahami tekanan macam apa yang belakangan ini dialami Rose," editor Jyllands-Posten, Carsten Juste pada harian Berlingske Tidende, seperti dikutip Reuters, Jumat, pekan kemarin.

Langkah itu diambil Jyllands-Posten dua hari setelah Rose melontarkan pernyataan bahwa dirinya akan mempertimbangkan untuk memuat kartun-kartun tentang Holocaust hasil kompetisi yang diselenggarakan surat kabar di Iran.

"Kami akan mempertimbangkan memuat kartun-kartun itu. Tapi kami tidak akan membuat keputusan apapun sebelum kami melihat gambar kartun-kartun itu. Dan ini jangan dilihat sebagai tanda penyesalan kami atau upaya untuk menunjukkan keseimbangan antara kartun-kartun kami (kartun Nabi Muhammad Saw dan kartun-kartun Iran itu (kartun Holocaust)," ujar Rose pada AFP, Rabu, pekan kemarin.

Seperti dilansir harian The Guardian, tiga tahun lalu, Jyllands-Posten pernah menolak publikasi kartun-kartun tentang Yesus Kristus karena khawatir menyinggung perasaan umat Kristiani. Namun, belakangan harian terkemuka di Denmark ini menghebohkan dunia Islam dengan menerbitkan kartun-kartun yang menghinakan Nabi Muhammad Saw. Muslim Denmark mengecam standar ganda Jyllands-Posten dalam masalah kartun itu.

Pernyataan Rose yang mengatakan akan mempertimbangkan pemuatan kartun Holocaust ternyata juga memicu reaksi dari masyarakat Denmark yang mendesak Jyllands-Posten minta maaf atas pernyataan Rose tersebut.

"Flemming Rose mengungkapkan penyesalan atas penilaiannya yang salah karena ia merasa menjadi sumber kekacauan ini, selama empat bulan terakhir, Rose mengalami tekanan yang sangat kuat dan sepanjang hari ia merasa seperti ditawan oleh rakyat Denmark dan media internasional," kata Juste dalam situs Jyllands-Posten (ln/iol)