Kesedihan di HUT Kemerdekaan Somalia 1 Juli

Rabu 1 Juli kemarin merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Somalia yang ke-49 dari penjajahan Italia (1884-1960). Perayaan HUT ini dilakukan di beberapa kota seperti Mogadishu, Galgudud, hingga di Khourtum, Sudan. Bila perayaan HUT kemerdekaan biasanya dipenuhi gegap gempita keceriaan, namun HUT kemerdekaan di Somalia diwarnai darah dan tangisan.

Situs Somaliatoday.net memberitakan, dalam pidato HUT kemerdekaan Presiden Somalia Syekh Syarif Ahmed mengatakan, "Sejarah mencatat, kemerdekaan Somalia dari penjajah Italia bukan karena senjata dan kekayaan Somalia, akan tetapi kemerdekaan itu tercapai karena keiklasan para pejuang dan pahlawan dalam membela agama, negara, dan rakyat Somalia."

Dalam pidatonya Syekh Syarif menjelaskan, 1 Juli merupakan hari kemerdekaan wilayah selatan Somalia dari Italia dan menyatukannya dengan wilayah utara Somalia. Hal ini karena Italia hanya menjajah wilayah Selatan Somalia. Sedangkan wilayah tengah dan utara dijajah oleh Inggris dan Perancis.

HUT Kemerdekaan Diwarnai Darah dan Tangisan
Situs berita Mufakkirah Al-Islami (islammemo.cc) melansir, bahwa hari perayaan HUT kemerdekaan Somalia diwarnai kontak senjata antara partai oposisi bersenjata Al-Hizbu Al-Islami dengan militer pemerintah Somalia.

Terkait bentrokan berdarah ini Televisi Aljazeera memberitakan, bahwa Al-Hizbu Al-Islami melakukan rentetan serangan terhadap militer pemerintah di Mogadishu, sehingga menyebabkan 15 orang tewas dan 40 korban lainnya luka-luka.

Di pihak lain, rakyat Somalia menyambut HUT kemerdekaan kali ini dengan kesedihan. Situs Islamonline.net melansir, seorang perempuan Somalia bernama Aminah Daud (40 tahun) mengatakan, "Perayaan HUT kemerdekaan ini tidak begitu berarti bagi rakyat Somalia, karena hampir setiap hari kami menyaksikan pembunuhan, tembakan roket tanpa arah, dan kontak senjata berkepanjangan antara oposisi dan pihak pemerintah Somalia."

Bila Aminah Daud menyambut HUT kemerdekaan hanya dengan kesediahan, seorang mantan kolonel militer Somalia bahkan menyambutnya dengan tangisan.

Mantan kolonel tersebut bernama Shalad Abdullah. Ia menceritakan segala yang dirasakan rakyat Somalia pada salah seorang wartawan dari media Islamonline. Sambil menangis ia mengatakan, "Lihatlah panggung perayaan HUT kemerdekaan Somalia, telah berubah menjadi hutan rimba yang kejam. Rakyat terlantar dan lari mengungsi. Hanya tinggal orang-orang tua yang menjaga rumah-rumah mereka dari pencuri."

Fenomena ini tidaklah mengherankan, karena data PBB dan Badan Perwakilan Perancis melaporkan, selama 6 minggu terakhir sekitar 300 rakyat Somalia tewas, baik dari pihak militer maupun sipil. Di samping itu, sekitar 125 ribu warga telah meninggalkan Somalia; terlantar di negerinya atau mengungsi ke negara lain. (sn/st/iol/im)