Khalid Mishal: Kendala Dialog Bukan Pada Hamas atau Fatah

Keresahan rakyat Palestina makin menjalar pasca kunjungan Condoleezza Rice yang ke delapan dan bertemu dengan Presiden Mahmud Abbas.

Hamas memandang perundingan Annapolis Maryland tak lain merupakan "mainan" yang disodorkan AS dan merupakan agenda terselubung AS untuk memainkan sesuatu yang lain untuk kepentingannya di Timur Tengah.

Oleh sebab itu Hamas berupaya menggagalkan konferensi itu dan mencari cara untuk duduk dan berdialog dengan Fatah.

Khaled Mishal, Kepala Biro Politik Hamas menyatakan Hamas akan menerima segala upaya Arab, Islam, Palestina untuk bisa duduk satu meja dengan Fatah, dengan landasan prinsip kenegaraan. Tapi hambatan dialog bukan ada pada Hamas atau Fatah, melainkan pada faktor asing. “Amerika, Israel dan sejumlah kelompok di Palestina tidak menghendaki adanya dialog, ” ujar Mishal.

Mishal dalam pertemuan dengan para penulis dan cendekiawan di Damaskus menjelaskan kondisi Palestina saat ini. Ia mengatakan, “Hamas menyatakan kepada para pemimpin negara bahwa kami menerima ide bangsa-bangsa Arab, Palestina dan Islam untuk tetap berpegang pada konstitusi nasional. Kalian akan melihat permasalahan yang ada d Palestina. ”

Selama ini menurut Mishal, Hamas berupaya keras untuk mengembalikan situasi Palestina dan mengatasi perpecahan. “Berbagai delegasi Arab dan negara Islam yang mencoba menjadi mediator dalam masalah Palestina sepakat menyebutkan bahwa kendala dialog dan perundingan bukan ada pada Hamas. Dialog Palestina kuncinya ada di AS dan Israel. Selain keduanya, ada juga sebagian kelompok Palestina yang memang menghendaki perpecahan untuk memancing di air keruh, ” jelas Mishal.

Terkait perundingan Annapolis Maryland, Mishal menganggap pertemuan itu sebagai “komoditas politik yang sesat dan menyesatkan”. “Amerika memberikan mainan di Timur Tengah sementara ia memainkan peran terselubung lainnya, ” kata Khalid Mishal.

Karenanya ia memandang perundingan Annapolis adalah permainan berbahaya dan taktik AS yang ingin mengukuhkan perpecahan, kekacauan politik, geografis, hingga bisa melemahkan ketangguhan Palestina dalam melawan penjajahan Zionis Israel. (na-str/pic)