MCB: Kebijakan Pemerintah, Memecah Belah Warga Muslim di Inggris

Muslim Council of Britain (MCB), wadah organisasi Muslim terbesar di Inggris mengkritik sikap pemerintah Inggris yang telah mengabaikan eksistensi organisasi-organisasi Muslim di negara itu. Pemerintah Inggris, malah menempatkan tokoh-tokoh Muslim dan organisasi Muslim bentukannya sendiri sebagai wakil warga Muslim di pemerintahan.

"Pemerintah memarginalkan organisasi-organisasi Muslim besar, termasuk MCB. Dan kelihatannya, organisasi-organisasi baru yang sama sekali tidak punya basis mereka bawa ke parlemen," ujar Muhammad Abdul Bari, Sekjen MCB.

Situasi itu menurut Abdul Bari, menimbulkan persepsi di komunitas Muslim bahwa pemerintah Inggris sedang berusaha memecah belah warga Muslim berdasarkan garis sektarian. Pemerintah lebih suka merangkul organisasi-organisasi Muslim yang tidak jelas dan justru menghindari organisasi yang sudah jelas eksistensinya.

"Pemerintah kini lebih suka bicara dengan apa yang disebut Dewan Muslim Sufi yang baru berdiri satu bulan lalu. Dan tak satupun perwakilan yang diambil dari organisasi Muslim berskala nasional," keluhnya. Padahal MCB sendiri, merupakan koalisi dari 400 organisasi Muslim di Inggris dan menjadi wadah terbesar bagi sekitar 1,8 juta Muslim di Inggris.

Abdul Bari mengatakan, pemerintah hanya memilih orang-orang yang hanya mau mendengarkan apa kata mereka, dan bukan orang yang berani mengkritik mereka.

"Persepsi yang dimunculkan, jika kita mengkritik pemerintah, itu artinya menyerang dan memeras pemerintah. Tapi jika kelompok lain yang mengkritik, tidak masalah," imbuh Abdul Bari.

Sebagai contoh, pemerintah Inggris tidak mau terima ketika warga Muslim mengkritik sikap pemerintah terhadap perang Israel di Libanon.

Standar Ganda dan Peran Media

MCB juga mengkritik pemerintah yang sudah menerapkan standar ganda terhadap warga Muslim terkait dengan penanganan masalah terorisme. Ketika para pemberontak Irlandia menjadi persoalan di Inggris, pemerintahn dan aparat keamanan hanya menargetkan individu-individu yang dianggap telah berbuat kejahatan. Umat Katolik sama sekali tidak menjadi sasaran atau dianggap sebagai komunitas yang jahat.

"Sementara ketika kesalahan terjadi pada sekelompok warga Muslim, maka seluruh warga Muslim dianggap sebagai komunitas yang jahat," ujar Abdul Bari. Ia mengecam langkah-langkah penanggulang terorisme pemerintah Inggris terhadap warga Muslim, seperti penyerbuan dan penggeledahan dari rumah ke rumah serta tindakan rasial lainnya.

Langkah seperti itu,menurutnya, sama sekali tidak membantu. Seharusnya, daripada menyerbu, akan lebih baik jika pemerintah mau berinteraksi dengan sekolah-sekolah Muslim atau masjid-masjid untuk membicarakan isu-isu terkait warga Muslim.

Abdul Bari menyayangkan peristiwa penyerbuan ke sebuah sekolah Muslim pekan kemarin, yang juga beraktivitas di bidang penggalangan bantuan sosial. Penyerbuan dilakukan hanya dengan alasan seseorang bernama Abu Hamza beberapa kali datang ke sekolah itu dan melakukan pertemuan.

Sikap pemerintah yang kerap mencurigai komunitas Muslim diperburuk dengan perlakuan media massa yang selalu menggambarkan umat Islam dengan cara yang negatif. Media, sambung Abdul Bari, seringkali membentuk opini bahwa Islam tidak sesuai dengan komunitas yang berasal dari beragam budaya. Opini semacam itu, menimbulkan kesan bahwa Islam adalah musuh, seperti komunisme pada masa perang dingin.

Media-media sayap kanan, juga dinilai terlalu berlebihan mengekspos masalah ekstrimisme di kalangan Muslim dan memberikan banyak ruang bagi warga Muslim yang ‘bermulut besar’ seolah-olah mereka mewakili seluruh warga Muslim di Inggris.

"Ekstrimisme adalah sesuatu yang sayangnya, ada di setiap komunitas. Di komunitas kami, ekstrimisme diekspos sedemikian rupa, dengan cara yang tidak pernah terjadi pada komunitas lain. Padahal yang ekstrim itu hanya segelintir orang saja," papar Abdul Bari.

Prospek Integrasi

Jika pemerintah Inggris masih bersikap mendua dan setengah hati, sulit meyakini bahwa upaya integrasi dengan warga Muslim akan berhasil. Menurut Abdul Bari, integrasi adalah ‘proses dua arah’ dan pemerintah memainkan peran besar didalamnya.

"Banyak bagian dari komunitas Muslim ingin hidup damai. Mereka mau berintegrasi secara sosial, ekonomi dan politik," tandasnya seraya membantah kritik sejumlah pejabat pemerintah yang menuding komunitas Muslim tidak melakukan upaya yang lebih baik untuk berintegrasi dengan masyarakat Inggris.

Padahal kenyataannya, pemerintah sekarang dengan mudahnya menyalahkan warga Muslim dan para pemimpinnya tidak cukup berbuat sesuatu. Apalagi saat ini, menurut Abdul Bari, warga Muslim di Inggris masih banyak menghadapi tantangan hampir di semua sektor, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan pengangguran. (ln/iol)