Militer AS Diam-Diam Bangun Tembok Pemisah di Irak

Militer penjajah AS di Irak secara diam-diamsedang membangu tembok pagar pemisah sepanjang 5 km di perkampungan Sunni Al-Adhamiyyah, yaitu sebuah zona yang dikelilingi wilayah Syiah di Baghdad.

AS mengklaim bahwa tembok pemisah itu untuk memutuskan rantai ‘kekerasan kelompok’ yang kerap terjadi di Baghdad.

"Pagar ini merupakan salah satu bagian terpusat dalam strategi baru militer koalisi dan militer Irak untuk menghancurkan rantai kekerasan kelompok, " ujar siaran pers yang dikeluarkan militer AS di Irak seperti dikutip kantor berita Reuters, Jum’at (20/4).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa zona Al-Adhamiyyah itu sebuah wilayah yang terkepung di tengah-tengah kekerasan kelompok yang kian meningkat dan kerap terjadi aksi-aksi balas dendam, di mana proyek tembok pagar yang tingginya 3, 5 meter ini akan terus dikerjakan.

"Orang-orang Syiah masuk ke sana dan menyerang Sunni. Sementara Sunni melakukan balas dendam dengan menyeberangi jalan-jalan itu, " tandas Kapten Scott McLearn, Komandan Unit 407 Militer AS.

Untuk diketahui Al-Adhamiyyah ini terletak di tepi timur sungai Efrat, utara Baghdad, yang dikelilingi zona-zona yang dihuni penganut Syiah.

Menurut berita yang beredar, para tentara AS di Al-Adhamiyyah kerap mengolok-olok tembok itu dengan ‘Pagar Al-Adhamiyyah Al-Adhim (raksasa)’. Para tentara diketahui telah memulai pekerjaan pembangan tembok sejak 10 April lalu. Mereka mengerjakan tembok setiap malam, pasalnya AS ingin agar tembok itu cepat berdiri.

Sementara para pejabat militer AS di sana berpendapat, tembok itu tak dimaksudkan untuk membagi-bagi Baghdad menjadi zona-zona yang terpisah. Ini bukan bagian dari tindak lanjut gerakan pemulihan keamanan yang terus dilakukan sejak dua bulan lalu.

Penduduk Al-Adhamiyyah sendiri relatif menyambut baik tembok ini sebagai sebuah langkah peningkatan keamanan. Namun mereka melihat bahwa tembok itu sebagai simbol sektarian.

"Saya kira tembok ini tak akan menyeleseaikan masalah keamanan kami yang rumit ini. Ini akan semakin memisahkan keluarga kami dan itu akan semakin buruk sejak perang, " ujar Ahmad Abdul Sattar kepada IslamOnline.(ilyas/iol/wcco).