Nuansa Ramadhan Mulai Terasa di Berbagai Belahan Dunia, dari Kosovo sampai Sudan

Umat Islam di berbagai belahan dunia siap menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Mereka menyiapkan berbagai kegiatan bermanfaat sebagai pengisi bulan yang dimuliakan itu, sesuai dengan kebiasaan dan tradisi yang berlaku di negara masing-masing.

Ramadhan di Kosovo

Bulan Ramadhan akan menjadi bulan yang paling sibuk bagi para cendikiawan Muslim di Kosovo, terutama para profesor dari fakultas studi Islam. Mereka berkeliling ke masjid-masjid sampai ke desa-desa di pedalaman, untuk memberikan khutbah Jum’at dan memimpin sholat tarawih atau sekedar mengisi program Ramadhan di stasiun-stasiun radio lokal.

Sabri Bajgora, yang mengepalai para Imam di Islamic Council of Kosovo (ICK) mengatakan, lembaganya mengorganisir kegiatan keagamaan di beberapa kota di Kosovo, termasuk kegiatan buka bersama dengan kaum duafa di restoran-restoran tradisional.

Setiap tahunnya, ujar Bajgora, para imam di Kosovo berkumpul untuk mendiskusikan kegiatan-kegiatan selama bulan Ramadhan. Masjid-masjid besar juga menyiapkan diri untuk menyelenggarakan kegiatan i’tikaf dan Qiyamul Lail.

Departemen bidang kemanusiaan Barakah yang didirikan ICK akan membagi-bagikan paket makanan bagi kaum duafa selama Ramadhan. "Kami akan mendistribusikan sekitar lima ribu paket makanan selama Ramadhan dan pada saat Idul Fitri," ujar Manajer Barakah, Fitim Flugaj.

Tahun lalu, Barakah mendistribusikan sekitar 20 ton daging untuk kaum duafa, rumah-rumah sakit, lembaga untuk orang-orang cacat dan kantin mahasiswa Universitas Pristhina.

Barakah juga sudah menyiapkan paket lebaran bagi anak-anak yatim piatu. Dihari pertama Idul Fitri, organisasi itu akan membagikan sekitar empat ribu paket lebaran untuk anak-anak yatim di Kosovo.

Selain kegiatan keagamaan dan sosial, nuasa Ramadan begitu terasa di Kosovo di mana banyak toko-toko yang sudah menjual makanan khas tradisional, kurma dan bermacam-macam permen.

Sejak 1999, Kosovo yang mayoritas penduduknya berasal daro etnis Albania, menjadi negara yang berada di bawah perlindungan PBB. Umat Islam di negara ini, pernah mengalami masa penderitaan yang menyedihkan ketika terjadi perang dengan etnis Serbia.

Di Turki, Pasar-Pasar Makin Ramai

Otoritas Muslim di Turki Kamis kemarin mengumumkan, bahwa awal bulan Ramadhan di negara itu jatuh pada hari Minggu (24/9). Dengan demikian, masjid-masjid di Turki akan mulai melaksanakan sholat tarawih pada hari Sabtu malam, seperti tercantum dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Ali Bardakoglu, ketua komite keagamaan pemerintah Turki.

Turki lebih mengandalkan perhitungan astronomi dibandingkan dengan pengamatan bulan, untuk menentukan awal Ramadhan. Namun hal itu tidak mengurangi kegembiraan warga Muslim Turki dalam menyambut bulan suci ini.

Nuansa Ramadhan sudah terasa di negeri yang menganut sekularisme ini. Pasar-pasar tradisional diramaikan oleh para pembeli. Jalan-jalan penuh dengan hiasan dan umbul-umbul berisi ucapan selamat menyambut Ramadhan.

Lampu-lampu hias dipasang ibarat pita-pita yang menghiasi menara-menara masjid di kota Istanbul, menciptakan pemandangan yang menyegarkan.

Sama seperti umat Islam lainnya, masyarakat Muslim Turki menjadikan bulan suci ini sebagai bulan untuk memperbanyak sedekah dan beramal bagi kaum papa.

Muslim Darfur, Ramadhan di Tengah Konflik

Muslim di Darfur juga akan mulai melaksanakan puasa Ramadhan pada hari Minggu, 24 September. Namun mereka menjalani Ramadhan kali ini dalam keprihatinan karena situasi konflik yang melanda negeri di benua Afrika itu.

Pada hari Kamis (21/9) kemarin, PBB sudah menyerukan agar pertikaian dihentikan selama bulan suci Ramadhan. Perwakilan khusus PBB di Sudan, Jan Pronk mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan surat pada Presiden dan tujuh elemen pergerakan di Sudan yang meminta agar mereka menghormati ketenangan selama bulan suci Ramadhan.

Pronk berharap, penghentian pertikaian ini akan mengarah pada terciptanya iklim yang kondusif untuk memulai pembicaraan antara elemen-elemen yang berselisih. (ln/iol)