Pasca Deklarasi Pemerintahan Koalisi, Fatah-Hamas Bentrok Lagi?

Seorang anggota Fatah tewas dan dua orang lainnya terluka dalam kontak senjata antara pendukung Fatah dan Hamas di Beit Lahiya Utara Ghaza. Inilah korban tewas pertama, pasca deklarasi pemerintahan koalisi nasional Palestina yang notabene wujud kesepakatan konkret antara Hamas dan Fatah.

Sumber-sumber Palestina mengatakan korban meninggal adalah Rami Yusuf Surur, salah satu staf dari Sameih Madhoun, pimpinan Fatah. Selain satu korban tewas, ada dua orang lainnya yang terluka cukup parah.

Menurut saksi mata, kontak senjata sengit terjadi di lingkar rumah Madhoun di Beit Lahiya antara pendukung dua organisasi terbesar di Palestina. Kontak senjata bahkan melibatkan senjata jenis RPG.

Seperti biasanya, pasca kontak senjata terjadilah saling tuduh antara Hamas dan Fatah. Fatah menuding Hamas sengaja menyerang Madhoun tanpa peringatan terlebih dahulu.

Abdul Hakim Iwadh, jubir Fatah mengatakan, “Rumah Madhoun tiba-tiba ditembaki membabi buta, dilanjutkan dengan pelontaran dua buah bom mortir ke rumahnya, lalu pecahlah kontak senjata di sekitar rumah Madhoun. ”

Ia menjelaskan bahwa sejumlah mobil yang dikendarai oleh kader Fatah di Utara, hampir setiap hari mengalami ancaman penculikan yang dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata. Ia lalu menyerukan, “Hentikan semua kejahatan mereka, pelihara kesepakatan Makkah yang melarang pertumpahan darah rakyat Palestina, berpegang teguh pada kesatuan nasional. ”

Sementara jubir Hamas di Ghaza Abdul Lathif mengatakan, “Surur meninggal saat ia ingin melepas bom RPG ke arah sejumlah kader Hamas yang ada di lokasi itu. ”

Meski sekarang suasana telah mereda, tapi kedua belah pihak telah menyatakan agar kasus ini tidak diperlebar dan tak disebarluaskan. Koresponden Islamonline mengatakan, “Lokasi itu memang mengalami krisis antara pendukung Fatah dan Hamas, dan boleh dikatakan di sejumlah wilayah Ghaza juga masih seperti itu. ”

Hani Mashri seorang pengamat Palestina menduga kontak senjata akan terus terjadi karena kedua belah pihak masih menyimpan masalah krusial, sementara kesepakatan Makkah tidak menyentuh dan tidak mengobati lebih dahulu sebab-sebab krusial itu. Ia menilai, “Perbedaan tajam antara basis Fatah dan Hamas masih ada. Kesepakatan Makkah tidak mengatasi sebab-sebab itu dari akarnya dan ditinggalkan begitu saja. ”

Kepada Islamonline, Mashri mengatakan bahwa kedua belah pihak harus memiliki tekad yang kuat untuk mengoreksi petingginya atas berbagai kesalahan di masa lalu, lalu memberikan bantuan kepada keluarga yang menjadi korban sampai secara kejiwaan mereka tenang dan tidak mudah tersulut untuk melakukan peperangan berdarah. (na-str/iol)