Pendukung Fatah-Hamas Bentrok, Korban Berjatuhan

Bentrokan terjadi antara pendukung Hamas dan Fatah di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Minggu (1/10), menewaskan delapan orang dan lebih dari 100 orang luka-luka. Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah meminta pertikaian fisik dihentikan dan meminta rakyat Palestina bersatu menghadapi pasukan Israel yang kembali masuk ke Gaza.

"Sebagai perdana menteri, saya menyerukan semua lapisan masyarakat menunjukkan tanggung jawabnya dan meninggalkan pertentangan, khususnya di hadapan makin seriusnya eskalasi yang dilakukan pasukan penjajah, yang mengancam untuk memperluas agresinya di Gaza," pinta Ismail Haniyah.

Minggu malam, Israel mengerahkan tank-tank, buldoser dan pasukannya ke utara Gaza. Militer Israel mengatakan, operasi itu dilakukan untuk menghentikan serangan-serangan roket ke wilayah Israel.

Bentrokan antara pendukung Hamas dan Fatah terjadi sebagai puncak aksi unjuk rasa terhadap pemerintahan Hamas yang belum membayar gaji para pegawai negeri, termasuk gaji aparat keamanan. Dalam bentrokan yang terjadi kemarin, aparat kepolisian yang loyal pada pemerintahan Abbas, memblokade jalan-jalan di Gaza dengan ban-ban yang dibakar. Mereka menuntut gajinya dibayar.

Seorang warga bernama Majid Badawi bersama kendaraanya terjebak di tengah bentrokan. Ia mengecam sikap para pendukung Hamas dan Fatah yang saling bertikai. "Ini dilarang dalam Islam, kita sedang dalam bulan suci Ramadhan," kata Badawi

"Sangat memalukan bagi Hamas dan Fatah yang menyebut diri mereka Muslim. Mengapa mereka saling bertikai dan apa yang dipertikaikan? Kami adalah korban mereka berdua," sambungnya.

Menteri Dalam Negeri yang juga anggota Hamas Said Siyam menurunkan pasukan keamanan untuk mencegah tindakan kekerasan lebih lanjut oleh aparat kepolisian yang melakukan aksi protes. Sementara Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor kepresidenan di Ramallah, mendesak agar tentara tidak ikut serta dalam aksi demonstrasi memprotes gaji yang belum dibayar.

Saling Serang

Dalam bentrokan kemarin, para pendukung Mahmud Abbas menyerbu kantor kabinet di Ramallah, Tepi Barat. Baku tembak terjadi. Sebuah ruangan di gedung itu dibakar namun dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.

Di Kota Gaza, pendukung Hamas lewat atap gedung kantor kementerian pertanian menembakkan granat dan dengan menggunakan senjata-senjata mesin menembaki para penjaga di kantor kepresidenan. Satu orang tewas.

Juru bicara Brigade Izzadin al-Qassam, sayap militer Hamas, Islam Shawhan mengatakan, "Kami akan mengalahkan dengan sekuat tenaga elemen-elemen yang berusaha melakukan sabotase terhadap hasil pemilu rakyat kami, mereka yang berusaha merusak properti milik publik dan mendekati jalan-jalan."

"Kami tidak ragu untuk mengambil tindakan terhadap mereka," tandas Shawhan.

Taufik Abu Khoussa, juru bicara Fatah membalas,"Tak satupun yang bisa membenarkan kekerasan ini."

Juru bicara pemerintahan Hamas Ghazi Hamad menyatakan menyesalkan bentrokan yang terjadi. Namun menurutnya, pasukan Hamas sudah diserang oleh para pengunjuk rasa dan mereka hanya membela diri.

Sejak awal September kemarin, sejumlah pegawai negeri di Palestina menggelar aksi unjuk rasa, mereka menuntut pembayaran gaji mereka yang belum dibayar selama enam bulan. Embargo yang dilakukan dunia internasional terhadap pemerintahan Hamas dan tindakan Israel yang menahan hasil pajak bea cukai yang menjadi hak Palestina, menyebabkan pemerintah Hamas tidak punya dana cukup untuk membayar gaji mereka. (ln/aljz)