Pengadilan Israel Beri Izin Kelompok Yahudi Masuk Masjid al-Aqsa

Pengadilan tinggi Israel mengabulkan permintaan para aktivis organisasi kiri Yahudi yang ingin memasuki kompleks Masjid al-Aqsa, Selasa (1/8). Pada hari yang sama, serangan Israel menewaskan tiga remaja Palestina.

Para aktivis dari organisasi Temple Mount Faithful meminta izin untuk bisa masuk ke kompleks Masjid al-Aqsa. Tradisi Yahudi meyakini di kompleks Masjid terdapat bekas reruntuhan Kuil Herod.

Dalam putusannya, pengadilan tinggi Israel menyatakan, warga Yahudi yang mengajukan permohonan itu akan diberi izin memasuki kompleks Masjid al-Aqsa selama jam berkunjung.

Namun, pihak pengadilan memerintahkan ketua kelompok Temple Mount Faithful, Gershon Salomon untuk tidak mendekat ke lokasi yang mereka yakini sebagai Temple Mount atau ke dinding sebelah barat kompleks masjid.

Pengadilan juga melarang kelompok yang hanya beranggotakan belasan orang itu, membawa spanduk-spanduk atau melakukan tindakan yang provokatif.

Oleh anggota legislatif Israel, Muhammad Barakeh, keputusan itu bisa memicu ketegangan."Keputusan itu menjadi bensin di tangan kelompok yang dikenal suka membuat ulah dan putusan itu bisa memicu aksi kekerasan," ujar Barakeh.

Keputusan serupa pada Juli 2001 lalu, memicu pertikaian berdarah di Yerusalem, di mana 15 polisi Israel dan 18 warga Palestina terluka.

Serangan di Jalur Gaza

Pada hari yang sama, pasukan Israel melancarkan serangan ke selatan Jalur Gaza dan membom sejumlah tempat di dekat bandara Rafah. Sumber di pihak keamanan Palestina menyebutkan, tank-tank dan buldoser Israel memasuki distrik Dahaniyya.

Dua warga Palestina tewas akibat bom-bom Israel yang diarahkan ke wilayah Al-Nada, di kota Beit Lahiya. Serangan Israel ke Jabaliya, juga menewaskan seorang remaja puteri berusia 15 tahun. Sumayya Okal, nam remaja itu, tewas akibat luka terkena ledakan bom.

Masih di Jalur Gaza, deputi juru bicara parlemen Palestina yang juga anggota Hamas menyatakan bahwa Israel telah membebaskannya setelah sebulan ditahan di penjara Israel.

Hassan Khreisheh ditangkap bersama belasan pejabat dan menteri-menteri dari Hamas, menyusul ditawannya dua serdadu Israel oleh pejuang Palestina.

Tidak seperti anggota Hamas lainnya, Khreisheh tidak dikenai hukuman."Saya ditangkap dan diinterogasi atas tuduhan menghasut. Ia mengaku bukan Hamas tapi orang yang independen. Namun para menteri Hamas yang ada bersama saya di penjara berada dalam posisi sulit. "Nampaknya mereka tidak akan segera dibebaskan," ujarnya (ln/dailystar)