Qardhawi Tanggapi Pernyataan Paus Soal Penghapusan Jihad dari Kamus Islam

Pernyataan Paus Benedict XVI soal penghapusan istilah jihad atau perang suci dari literatur kaum Muslimin dan tentang Rasulullah saw, memicu protes keras di berbagai tempat. Mereka meminta Paus untuk meminta maaf atas pernyataannya yang bertendensi buruk itu kepada satu setengah milyar Muslim di seluruh dunia.

Dr. Yusuf Qardhawi, ketua Persatuan Ulama Islam Internasional mengatakan, “Kita sekarang menunggu sikap yang akan dilakukan seorang petinggi agama di dunia Kristen. Hendaknya ia lebih berhati-hati, teliti, berkonsultasi dan berdialog lebih dahulu jika ingin bicara tentang agama besar seperti Islam dan telah berkembang lebih dari 14 abad, juga dipeluk oleh lebih dari satu setengah milyar manusia.”

Menurut Qardhawi, Paus yang sebenarnya sibuk mengajarkan lahut dan sejarah keyakinan di Universitas Ratesbon sejak tahun 1969, telah gegabah mengkritik Islam bahkan menyerang Islam dari sisi keyakinan aqidah dan hukumnya, dengan cara yang tidak layak, keluar dari orang sepertinya.

Qardhawi melanjutkan, sebelum Paus mengeluarkan pernyataannya di Universitas Regensberg Jerman hari Selasa lalu (13/9), seharusnya ia merujuk dahulu ke kitab suci Al-Quran, dan keterangannya dari sunnah Rasulullah saw. Tapi ia ternyata hanya merasa cukup dengan dialog yang terjadi empat belas abad lalu antara raja Bizantium dan seorang Muslim Persia. Di mana saat itu Raja Bizantium mengatakan, “Tunjukkan kepadaku sesuatu yang baru yang dibawa Muhammad? Tidak ada sesuatu yang baru sedikitpun kecuali keburukan dan ketidakmanusiaan seperti perintahnya menyebarkan agama dengan mengangkat pedang…”

Qardhawi menyanggah pernyataan Paus mengutip perkataan tersebut. Ia menegaskan bahwa apa yang dikatakan oleh penguasa Bizantium itu adalah kedustaan luar biasa. “Tak satupun tokoh yang konsisten dan keras melawan keburukan, menyerukan kebaikan, memelihara kehormatan manusia, menghormati fitrah manusia, seperti Muhammad saw yang diutus sebagai rahmatan lil aalamiin,” ujar Qardhawi. Ia lalu menegaskan bahwa Islam tak menerima keimanan yang diakui oleh seseorang dengan cara pemaksaan, karena Allah swt berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana petunjuk dan mana kesesatan.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Paus, tandas Qardhawi, lupa bahwa Rasulullah Muhammad saw datang dengan kelebihan yang sangat dan sangat banyak yang tidak terdapat dalam ajaran Kristen maupun Yahudi. Islam memadukan antara unsur immaterial (ruhiyah) dengan materil (maddiyah), antara dunia dan akhirat, antara cahaya akal dan cahaya wahyu, dan menyeimbangkan antara individu dan masyarakat, antara hak dan kewajiban. Lalu menetapkan dengan jelas persaudaraan antar berbagai level masyarakat, antara berbagai unsur masyarakat, satu sama lain. Itu tertera dalam firman Allah swt, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan Kalian dari kaum laki-laki dan wanita dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan berkelompok kelompok agar kalian saling mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13). (na-str/iol)