Rusia Minta Inggris Tukar "Buronan" dengan Pelaku Pembunuhan Litvinenko

Masih ingat Alexander Litvinenko atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kolonel Lutfi, mantan anggota dinas polisi rahasia Rusia, KGB, yang membelot pada perjuangan rakyat Chechnya?

Ia, terbunuh akibat racun yang ditenggarai dilakukan atas perintah pemerintah Rusia, saat Litvinenko bermukim di Inggris. Perkembangan terakhir dari kasus ini adalah, Scotland Yard, dinas rahasia Inggris memanggil tiga perwira KGB untuk ditahan dan bertanggung jawab atas kematian Litvinenko.

Ketiga perwira KGB tersebut diketahui melakukan pertemuan dengan Litvinenko tiga minggu sebelum kematian kolonel Muslim yang membantu perjuangan rakyat Chechnya ini. Ketiga perwira KGB tersebut adalah Andrei Logoyov, Dmitri Kovtun dan Vyacheslav Sokolenko. Tapi ketiganya menolak keras tuduhan keterlibatan dalam kematian Litvinenko. Di dalam tubuhnya Litvinenko, didapati limba radioaktif jenis polonium-210 yang diduga menjadi penyebab kematiannya.

Ketiganya meyakini, bahwa mereka hanya dijadikan tumbal oleh Rusia. Inggris dan Rusia memang menjalin hubungan yang baik, dan kedua pemimpin negara tidak ingin hubungan baik ini terpengaruh oleh kasus pembunuhan Litvinenko. Tapi diam-diam Kremlin sendiri punya dendam pribadi dengan Inggris. Vladimir Putin sesungguhnya sangat tidak nyaman dengan keputusan pemerintahan Inggris memberikan suaka politik kepada seorang pengusaha besar dari Rusia, Boris Berezovsky yang ternyata di Inggris mengoperasikan gerakan anti pemerintah Rusia.

Hal ini, oleh Uni Eropa dianggap sebagai sebuah potensi yang akan menganggu hubungan Eropa dan Rusia, terutama di bidang perdagangan. Komisi Perdagangan Uni Eropa, Peter Mandelson mengatakan, tensi politik antara Eropa dan Rusia saat ini berada di titik paling panas, pasca Perang Dingin beberapa dekade lalu. Dan hal ini dipicu oleh peristiwa pembunuhan Litvinenko, suaka untuk Boris Berezovsky, dan akan semakin panas jika Rusia tidak menyerahkan tiga perwira KGB yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Litvinenko.

Tapi problemnya adalah, Inggris dan Rusia tidak memiliki perjanjian ekstradisi yang memungkinkan terjadinya pengiriman tawanan di antara dua negara. Rusia menginginkan Boris Berezovsky dikirim ke Kremlin, dan sebagai gantinya Inggris akan mendapatkan tiga tertuduh pembunuh Litvinenko yang saat ini berprofesi sebagai pengusaha besar di Rusia.

Sebelum meninggal Alexander Litvinenko mengeluarkan pernyataan, bahwa Putin bertanggung jawab atas usaha pembunuhan pada dirinya. Akhir tahun lalu, pada bulan Desember sembilan detektif Scotland Yard terbang ke Moskow untuk menyelidiki kematian Litvinenko yang telah diberi suaka oleh pemerintah Inggris dan kaitannya dengan keterlibatan Putin. Tapi tim investigasi ini tidak mendapatkan akses untuk menyelidiki tiga orang yang dituduh terlibat dalam kematian Litvinenko karena dilindungi oleh pemerintah Rusia. (na/str/muslimnews)