Saudi: Perang Melawan Terorisme Perlu Waktu 20-30 Tahun

Raja Saudi Abdullah bin Abdul Aziz menyebutkan, upaya memerangi terorisme membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ia memandang, rentang waktu itu bisa mencapai 20 hingga 30 tahun lamanya, di samping harus dibentuk Pusat Aksi yang bisa menghimpun seluruh negara dunia di bawah PBB guna tukar menukar informasi terkait terorisme. Pada waktu yang sama, Malik Abdullah juga menyampaikan sikap pesimisnya soal pertemuan perdamaian di Annapolis yang akan diselenggarakan AS pada bulan November mendatang.

Dalam wawancara yang dilakukan BBC, raja Saudi itu mengatakan, “Sejak awal saya sudah mengatakan bahwa memerangi terorisme itu butuh waktu 20 hingga 30 tahun lamanya. Dan terorisme harus diperangi seluruh negara dunia. ” Ia menambahkan, hingga saat ini memang sudah ada konferensi internasional melawan terorisme yang dihadiri sebagian besar negara. Dalam konferensi itu, keluar rekomendasi agar dibuat sebuah pusat anti terorisme yang menghimpun seluruh negara untuk bertukar informasi. “Terorisme sekarang sudah diketahui. Yang penting sudah diketahui. Semua perwakilan negara waktu itu setuju. Tapi kesepakatan itu tidak diimplementasikan sedikitpun, ” ujarnya.

Untuk memerangi terorisme internasional, menurut Malik Abdullah, diperlukan kesepakatan seluruh negara dunia untuk membuat lembaga pusat di bawah PBB, untuk menghimpun informasi tentang terorisme. Ia juga menekankan keharusan sikap menolong para pemuda, dan menyelamatkan mereka dari orang-orang yang menipu dan mencuci otak mereka, untuk kemudian mendukung aksi terorisme yang sesungguhnya melawan Islam dan akidah Islam, bahkan berlawanan dengan kemanusiaan serta tidak diterima oleh semua penganut agama.
Di sisi lain, Raja Abdullah mengaku pesimis dengan rencana perundingan perdamaian Annapolis yang digagas AS untuk kedamaian di Palestina. Ia mengatakan, “Menurut keyakinan saya, konferensi itu bila tidak direncanakan secara matang dan tidak diterapkan dengan sungguh-sungguh terkait masalah yang dialami Palestina dan dunia Islam, konferensi itu takkan berhasil. ” (na-str/iol)