Sejumlah Kalangan Tidak Puas dengan Pertemuan Paus dan Dunia Islam

Sejumlah organisasi Muslim menyatakan kekecewaan dan ketidakpuasannya atas pertemuan Paus Benediktus XVI dan para utusan negara-negara Muslim, Senin (25/9). Karena dalam pertemuan itu Paus hanya mengatakan menghormati umat Islam dan sama sekali tidak menyatakan permohonan maafnya pada umat Islam.

"Hari ini, saya ingin mengulangi pernyataan bahwa saya sangat menghargai dan menghormati umat Islam," kata Paus dihadapan para duta besar dan utusan dari 22 negara Muslim.

Paus menyampaikan pidatonya dalam bahasa Perancis, dan disediakan terjemahannya dalam bahasa Arab. Dalam pidatonya Paus mengulangi kembali pernyataannya tentang pentingnya melakukan dialog antar umat beragama untuk mengatasi semua ketegangan bersama-sama.

"Saya sangat yakin, dalam situasi dunia saat ini, sangat penting bagi umat Kristen dan Muslim untuk bersatu padu menghadapi tantangan-tantangan masalah-masalah kemanusiaan," ujar Paus.

Ia juga mengatakan, sengaja menggagas pertemuan ini untuk ‘memperkuat ikatan persahabatan dan solidaritas antara Vatikan dan komunitas Muslim."

Setelah berpidato, Paus menyapa dan menyalami tamu-tamunya, dan tak ada dialog.

Sejumlah undangan menyatakan cukup puas dengan pertemuan tersebut. "Saya pikir sekarang kita tinggalkan saja apa yang telah terjadi dan membangun jembatan antara semua peradaban," kata duta besar Iraq, Albert Yelda.

Namun ia menyatakan memahami kemarahan umat Islam atas pernyataan Paus. "Banyak umat Islam di seluruh dunia yang tersinggung. Mereka mengekspresikan perasaan mereka dan mereka berhak melakukan itu. Mereka menunjukkan kemarahan, tapi setiap orang punya hak untuk mengungkapkan perasaannya," sambung Yelda.

IUMS Tak Puas

Ketidakpuasan atas pertemuan dan pidato Paus dalam pertemuan dengan para utusan dunia Islam kemarin, diungkapkan oleh International Union for Muslim Scholars (IUMS), organisasi persatuan cendikiawan Muslim internasional yang berbasis di Dublin dan diketuai Syeikh Yusuf Qardhawi.

"Pertemuan itu tidak membawa sesuatu yang baru. Kami berharap Paus menunjukkan kesiapannya untuk menghapus kutipan anti Islam dari teks ceramahnya, tapi ia tidak melakukannya," ujar Muhammad Salim el-Awwa, Sekjen IUMS pada stasiun televisi al-Jazeera.

Awwa tetap mendesak pentingnya permohonan maaf yang jelas dan tegas dari Paus dan kesediaannya menghapus kutipan-kutipan yang kontroversial dari naskah pidatonya yang menjadi dokumentasi Vatikan.

Dalam beberapa hari ini, ujar Awwa, IUMS akan mengumumkan posisi barunya atas hubungannya dengan Vatikan.

"Kami sudah mengumumkan penghentian dialog antar umat dengan Vatikan, tetapi mungkin akan bergeser dengan deklarasi untuk mengakhiri dialog semacam itu," imbuhnya.

Sebagai langkah nyata, IUMS menunda pertemuan tingkat tinggi antara Kristen dan Islam yang rencananya akan diselenggarakan bulan November atau December mendatang.

Ketidakpuasan juga dilontarkan oleh organisasi Ikhawanul Muslimin, Mesir. "Ini adalah upaya lain untuk menghindari desakan pernyataan maaf," kata Ketua Deputi Ikhawanul Muslimin, Muhammad Habib.

"Ketika anda mengutip sesuatu seperti itu, anda harus menganalisanya dan menunjukkan keberatan atau persetujuan atas komentar-komentar ini," sambung Habib.

Protes keras terhadap Paus yang menolak minta maaf pada umat Islam, sebelumnya sudah disampaikan oleh Al-Azhar, Mesir. Al-Azhar menyatakan menolak undangan Paus dan menolak permohonan Paus yang minta diberi kesempatan ceramah tentang Islam di Al-Azhar.

Insiden di Nablus

Sementara di kota Nablus, Palestina terjadi unjuk rasa sebagai aksi protes terhadap pernyataan Paus Benediktus. Para pengunjuk rasa melempari empat gereja dengan bom molotov, sementara gereja tertua di kota Gaza ditembaki.

Di Bethlehem, aparat kepolisian Palestina melakukan penjagaan di gereja-gereja yang ada di kota itu.

"Kami melakukan langkah pengamanan untuk melindungi gereja-gereja di Bethlehem, khususnya Gereja Nativity, terhadap reaksi-reaksi akibat pernyataan Paus," kata Ahmad Al-Hadar, kepala keamanan dan kepolisian Bethlehem.

Langkah pengamanan itu dilakukan antara lain dengan menempatkan aparat kepolisian tambahan yang mengenakan pakaian biasa ke semua gereja di kota itu.

Di Jenin, sebelah utara Tepi Barat, faksi pejuang Jihad Islam ikut menjaga sebuah gereja Katolik

Pejabat pemerintahan Hamas termasuk Perdana Menteri Ismail Haniyah, mengecam aksi perusakan gereja-gereja tersebut. (ln/aljz/iol)