Sekolah-Sekolah Islam di Republik Mali, Lebih Unggul daripada Sekolah Negeri

Menjamurnya sekolah-sekolah madrasah di Republik Mali, sebuah negara di kawasan Afrika Barat, bukan hanya membuat para siswa mampu memahami Al-Quran tapi juga mampu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di salah satu negara termiskin di dunia itu.

Selama ini sekolah-sekolah madrasah di Mali menghadapi tantangan berat berupa kendala bahasa, kemiskinan dan stereotipe yang dilekatkan pada sekolah-sekolah Islam. Tapi sekarang, banyak orang tua yang mengirim anaknya sekolah ke madrasah.

"Para orang tua sudah melihat kualitas pengajaran di sini. Kami selalu mengalahkan sekolah-sekolah negeri pada saat ujian," kata Boubacar Maiga, asisten direktur sekolah Soullamou negara bagian Gao, sebelah timur Mali.

Sekolah Islam dinilai memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi para siswanya. Para siswa yang kurang mampu dan anak yatim piatu, pihak sekolah hanya mengenakan biaya sekitar sepuluh dollar per tahun.

"Anak punya hak atas pendidikan. Kami tidak bisa menolak hak itu meski orang tua mereka tidak mampu membayar," kata Maiga yang sekolah memiliki sekitar 600 siswa.

Pemerintah Mali melakukan gerakan pemberantasan buta huruf sejak tahun 1960-an dengan menekankan pentingnya pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun itu juga, pemerintah mendirikan universitas nasional di Bamako.

Di kelas-kelas yang terbuat dari batu bata di sekolah Soullamou, para siswa nampak duduk dengan wajah tekun belajar bahasa Arab dan kitab suci Al-Quran.

Maiga mengungkapkan, mengajarkan bahasa Arab pada para siswa bukan hal yang mudah. Pihak sekolah membantu para siswa agar lebih memahami pelajaran dengan menggunakan bahasa asli mereka.

Diawal belajar, para siswa harus berjuang mempelajari bahasa yang masih asing dan cukup sulit. Tapi setelah empat atau lima tahun, mereka sudah bisa lancar berbahasa Arab.

Para siswa juga belajar Al-Quran sehari selama 40 menit setiap harinya. Selain bahasa Perancis yang mulai mereka pelajari pada usia delapan tahun, para siswa belajar semua mata pelajaran dalam bahasa Arab.

Kebanyakan orang-orang tua di Mali, tidak bisa membaca dan menulis. Kehadiran sekolah-sekolah Islam swasta, memberikan peluang yang lebih besar bagi generasi penerus negeri itu untuk mengenyam pendidikan.

Di negara bagian Gao sendiri ada sekitar 41 sekolah, jumlah itu naik tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun ini. Sekolah-sekolah tersebut mendapat bantuan dan pengawasan dari pemerintah. Pemerintah tetap mewajibkan madrasah-madrasah untuk memberikan pengajaran sesuai kurikulum, mulai dari Matematika sampai kemanusiaan.

Republik Mali, negara yang berbahasa resmi Perancis ini, hampir 90 persen penduduknya beragama Islam, lima persen beragama Kristen, sisanya agama lain.

(ln/iol)