Seymour Hers: AS Ikut Berperan Dalam Konflik di Libanon

Seymour Hersh, wartawan investigasi terkemuka di AS mengungkapkan, kekerasan yang saat ini terjadi di Libanon adalah tidak lepas dari kebijakan AS di Timur Tengah dan asikap keras pemerintah Libanon sendiri terhadap kelompok Sunni Fatah al-Islam, yang dulu mereka dukung.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN di program Your World Today, Hers juga membeberkan peranan AS atas kekisruhan yang terjadi di Libanon.

Bulan Maret lalu, Hers pernah membuat laporan yang isinya antara lain menyoroti perubahan kebijakan AS untuk Timur Tengah. Menurut laporan itu, kebijakan AS di Timur Tengah telah berubah arah, dengan menentang negara-negara Iran, Suriah dan aliansi-aliansi Syiahnya. Upaya AS melawan negara-negara itu dilakukan dengan berbagai cara, termasuk jika harus memberikan dukungan pada kelompok garis keras Sunni seperti Fatah al-Islam di Libanon.

Hers mengatakan, faktor kunci dari perubahan kebijakan AS ini adalah kesepakatan antara Wakil Presiden Dick Cheney, Deputi Penasehat Keamanan Nasional Elliot Abrams dan Pangeran Bandar bin Sultan selaku penasehat keamanan nasional Arab Saudi, yang diam-diam memberikan bantuan dana bagi kelompok Fatah al-Islam di Libanon untuk mengimbangi kekuatan kelompok Syiah Hizbullah.

Konflik yang sekarang muncul di Libanon terkait kelompok Fatah al-Islam, kata Hers, latar belakangnya hampir sama dengan konflik di Afghanistan pada era 1980-an. AS dan Arab Saudi memberikan bantuan dana pada al-Qaidah dengan pola yang sama. AS memanfaatkan para jihadis itu dengan jaminan Arab Saudi bahwa mereka mampu mengontrolnya.

Keterlibatan AS dalam konflik di Libanon, menurut Hers, tidak lepas dari kekalahan Israel saat perang melawan Hizbullah tahun 2006 lalu. Hers menyatakan, sejak itu, ada ketakutan yang akut di Washington, terutama di Gedung Putih terhadap kelompok Hizbullah.

"Akibatnya, pemerintahan Bush tidak lagi bertindak rasional dalam menentukan kebijakannya, " sambung Hers.

Untuk melindungi kepentingannya di Timur Tengah, tambah Hers, pemerintahan AS memberikan dukungan pada kelompok Sunni untuk melawan kelompok Syiah, yang akhirnya menciptakan kekerasan sektarian antara kedua kelompok itu. (ln/Islamicity)