Tel Aviv Kesal Menhan AS Sebut-Sebut Soal Nuklir Israel

Menteri Pertahanan AS yang baru Robert Gates mulai menyinggung keberadaan nuklir Israel. Ia mengatakan, tekad Iran membuat program nuklir, tidak lepas dari keberadaan nuklir Israel.

"Mereka (Iran) dikelilingi oleh kekuatan-kekuatan yang memiliki senjata nuklir. Pakistan di Timur, Rusia di Utara, Israel di Barat dan kita (AS) di Teluk Persia," kata Gates menjelaskan mengapa Iran mati-matian mempertahankan program nuklirnya.

Pernyataan Gates itu langsung memicu reaksi keras di Israel. Pemberitaan-pemberitaan di Israel dan radio Israel menuding pemimpin baru Pentagon itu sudah melanggar kebijakan "jangan tanya, jangan sebut" AS terkait persenjataan nuklir Israel. Kebijakan yang sudah disepakati antara AS dan Israel selama hampir empat dekade ini.

Seorang pensiunan diplomat Israel menyatakan, ia tidak pernah menduga seorang pejabat pemerintahan AS akan mengeluarkan pernyataan soal nuklir Israel.

"Saya hanya bisa berasumsi bahwa dia (Gates) belum mendapatkan pegangan tentang kesepahaman yang ada antara kami (Israel) dan Amerika," kata mantan diplomat tadi pada Kamis (7/12).

Baru-baru ini, majalah Bulletin of the Atomic Scientists mengungkap sebuah dokumen penting yang menyebutkan bahwa mantan presiden AS Richard Nixon sebenarnya tahu kalau Israel membangun persenjataan nuklir. Tapi Nixon tidak melarang Israel dan hanya menekankan agar Israel menjaga kerahasiaan persenjataan nuklirnya itu serta mematuhi aturan internasional.

Dengan adanya kesepakatan "jangan tanya, jangan sebut" tentang persenjataan nuklir Israel antara AS dan rejim Zionis itu, tak heran jika pihak intelejen AS tidak pernah memasukkan Israel dalam laporan tengah tahunannya pada Kongres, tentang negara-negara yang oleh AS dicurigai membuat senjata pemusnah massal.

Pihak AS tidak pernah menyebut-nyebut Israel dalam laporannya itu, tentu saja untuk melindungi rejim Zionis itu dari sangsi ekonomi dan militer dunia internasional.

Terkait dengan pernyataan Gates, para pejabat Israel menegaskan, Israel tidak akan mengubah kebijakan nuklirnya.

Deputi Perdana Menteri Israel, Shimon Peres pada radio Israel mengatakan,"Pernyataan ini tidak akan menimbulkan perubahan yang fundamental." Israel, katanya tetap akan bersikap diam soal persenjataan nuklirnya.

"Israel tidak akan bicara atau bicara apakah kita memiliki senjata nuklir atau tidak," ujar Peres.

Sikap ambigu itu juga ditunjukkan Menteri Infrastruktur Israel, Ben-Eliezer. "Saya tidak tahu mengapa Gates membuat pernyataan itu," katanya.

"Tapi kita harus tetap memegang teguh pada kebijakan ambiguitas, tidak ada yang lebih menguntungkan dari itu dan akan memberikan kekuatan pada kita untuk melakukan penolakan.

Meski Israel bersikap ambigu, banyak pakar meyakini Israel telah memiliki lebih dari 200 senjata berkepala nuklir.

Israel mulai membangun reaktor nuklirnya pada 1950 dengan bantuan Perancis. Reaktor itu dibangun di dekat Kota Dimona, Gurun Negev. Belum lama ini juga, terungkap sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa 40 tahun yang lalu, Inggris juga membantu Israel membuat bom nuklir.

Kekuatan nuklir Israel mulai terkuak ketika seorang teknisi yang bekerja di reaktor nuklir Israel di Dimona, Mordechai Vanunu "buka mulut" tentang rahasia nuklir Israel dilengkapi dengan foto-foto. Meski untuk itu, Vanunu harus menghabiskan 18 tahun hidupnya di penjara Israel.

Nuclar Threat Initiative, kelompok advokasi di AS yang didirikan oleh bos CNN, Ted Turner meyakini bahwa kekuatan persenjataan nuklir Israel hampir sebanding dari segi kualitas dan kuantitas dengan kekuatan persenjataan nuklir yang dimiliki Perancis dan Inggris. (ln/iol)