Terancam Embargo PBB, Warga Iran Tenang-Tenang Saja

Meski negaranya menghadapi ancaman sangsi PBB karena program nuklirnya, rakyat Iran tidak menunjukkan kekhawatirannya. Mereka tetap optimis dan yakin, sangsi PBB tidak akan berdampak buruk bagi perekonomian atau mempengaruhi program nuklir yang menjadi kebanggan negara Iran.

"Selama bertahun-tahun ini, kami mampu bertahan dari sangsi-sangsi AS. Sangsi PBB tidak akan menimbulkan masalah besar seperti yang dipekirakan Barat," kata Hussein Izadpanah, pengusaha di bidang jasa pertukaran mata uang asing di Teheran.

Sejak tahun 1979, AS memang menjatuhkan berbagai sangsi pada negara Iran. AS melarang pemberian subsidi dan perusahaan-perusahaan di negaranya dilarang berhubungan bisnis dengan Iran.

"Kami tidak punya banyak investasi asing," kata Dariush Ehsami, seorang pensiunan guru. Sambil menyeruput kopi dan mengibas-ngibaskan surat kabar di sebuah kafe di tengah kota, ia mengatakan, ancaman sangsi baru akan ‘sia-sia’ saja.

Lewat lobi kuatnya, AS berhasil mempengaruhi dunia internasional untuk memaksa PBB menjatuhkan sangsi bagi Iran jika negara itu tidak mau menghentikan pengayaan nuklirnya sampai batas waktu hari ini, Kamis (31/8). Sangsi PBB yang akan dijatuhkan kemungkinan berupa larangan pmeberian visa bagi para pejabat pemerintah, pembekuan aset-aset negara Iran di luar negeri serta larang bagi bank-bank asing dan perusahaan yang ingin berinvestasi atau menjalin hubungan bisnis dengan Iran.

Keyakinan bahwa sangsi apapun yang dijatuhkan PBB tidak akan mempengaruhi bisnis di Iran secara drastis, juga diungkapkan seorang pengusaha bernama Arash Amuee, berusia 30 tahun.

"Akan selalu ada pihak ketiga yang akan menyalurkan barang-barang ke Iran. Tekanan akan terjadi pada para konsumen karena harga-harga harus dinaikkan," ujarnya.

Pengusaha lainnya, Shahin Tutunchi setuju dengan pendapat itu."Sangsi-sangsi hanya akan membuka jalan bagi para penyelundup dan memperburuk perekonomian. Kelihatannya memang tidak baik seperti yang terjadi sekarang ini. Tapi Iran selalu menemukan jalan keluar," ujarnya.

"Situasinya tidak seburuk seperti apa yang digambarkan orang-orang asing itu meski tidak sebaik apa yang dikatakan oleh siaran televisi kami," sambung Tutunchi.

Wartawan dan pakar politik Iran, Morteza Firouzi mengatakan bahwa mayoritas rakyat Iran, apapun posisi politiknya, mendukung program nuklir negaranya. Hal itu tercermin dari ungkapan Ehsani, seorang pensiunan guru yang menyatakan bangga dengan kemampuan negaranya mengembangkan teknologi nuklir.

Banyak warga Iran yang juga menyatakan tidak percaya AS akan menyerang negaranya hanya karena persoalan nuklir.

"Saya pikir tidak akan ada perang, tapi saya berharap Iran bisa memdapatkan haknya dan menunjukkan kekuatannya tanpa harus membayarnya dengan harga mahal," imbuh Tutunchi.

Iran sendiri sudah menyatakan siap jika harus menghadapi aksi militer AS. Namun analis dari kantor berita Mehr, Parviz Esmaili berpendapat sama, bahwa masalah nuklir Iran tidak akan sampai menimbulkan konfrontasi.

"Saya tidak percaya kami akan sampai pada konfrontasi. Kegagalan Israel di Libanon adalah ujian berharga, yang menunjukkan bahwa menyerang Iran akan sia-sia. Pada saat yang sama, kita tidak boleh melupakan pengaruh politik Iran yang besar di Irak," ujarnya. (ln/iol)