Tolak Kebijakan Israel, Warga Yahudi Inggris Bentuk Organisasi Tandingan

Komunitas Yahudi di Inggris membentuk sebuah organisasi baru bernama Independet Jewish Voices (IJV). Organisasi ini dibentuk untuk menyuarakan protes terhadap dewan perwakilan rakyat Israel yang memberikan dukungan buta terhadap kebijakan pemerintah Israel yang kerap melakukan agresi terhadap rakyat Palestina.

Organisasi yang resmi berdiri pada Senin (5/2), beranggotakan lebih dari 130 tokoh Yahudi di Inggris, antara lain pemenang hadiah Nobel Harold Pinter, sejarawan Eric Hobsbawn dan pengacara yang aktif di bidang pembelaan hak asasi manusia, Geofreyy Bindman. Mereka menyerukan agar masyarakat Yahudi lainnya bersikap kritis dengan melakukan debat yang lebih terbuka, atas kebijakan Israel di Timur Tengah.

"Sebagai seorang Yahudi, saya merasa berkewajiban untuk menentang ketidakadilan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina. Pemerintah Israel bicara bukan atas nama saya, " ujar Susi Orbach-seorang psikolog-salah satu pendiri IJV pada surat kabar Inggris The Independent

Tujuan lain dibentuknya IJV adalah sebagai penyeimbang bagi keberadaan organisasi-organisasi Yahudi lainnya, seperti Board of Deputies of British Jewish, yang selama ini selalu memberikan dukungan atas kebijakan agresi Israel di bumi Palestina dengan mengatasnamakan komunitas Yahudi di Inggris. Belakangan, organisasi ini dikritik karena selalu mendukung agresi Israel di Palestina dan Libanon dalam perang dengan Hizbullah tahun 2006 lalu.

"Kami bersatu dalam keyakinan bahwa beragam pendapat yang muncul di kalangan komunitas Yahudi di negeri ini tidak direfleksikan oleh institusi-institusi yang mengklaim memiliki otoritas untuk mewakili seluruh komunitas Yahudi, " demikian pernyataan resmi berdirinya IJV, yang juga ditandatangani oleh tokoh-tokoh seperti sutradara film Mike Leigh, perancang busana Nicole Farhi dan aktor Stephen Fry dan Zoe Wanamaker.

Seperti diketahui, dalam agresi selama lima bulan di Jalur Gaza belum lama ini, tentara-tentara Zionis telah membunuh sekitar 400 warga Palestina dan mengakibatkan ratusan orang lainnya luka-luka. Dan dalam agresinya ke Libanon, Israel membunuh sedikitnya 1. 200 warga sipil di Libanon, menghancurkan infrastruktur dan menebarkan ribuan kluster bom di wilayah selatan negeri itu, yang sampai sekarang masih mengancam kehidupan warga Libanon Selatan.

Bukannya menentang, komunitas Yahudi yang tergabung dalam Board of Deputies of British Jews malah menggalang aksi massa untuk mendukung Tel Aviv atas agresi itu.

Kenyataan ini membuat komunitas Yahudi lainnya yang tidak setuju dengan agresi Israel tersebut, muak dan marah, hingga memutuskan untuk membentuk organisasi tandingan, IJV.

Goefreyy Bindman, tokoh Yahudi yang juga aktivis Ham mengatakan, orang dengan gampang berasumsi bahwa semua orang Yahudi mendukung Israel dan tindakan kejam mereka terhadap warga Palestina merupakan bentuk rasisme tersembunyi.

"Saya menyukai orang Yahudi yang ada di Israel dan di luar Israel, tapi saya benci pendudukan Israel di wilayah Palestina dan perlakuan brutal mereka pada rakyat Palestina, " ujar Bindman.

Hal serupa diungkapkan David Goldberg, penulis dan rabbi dari kelompok Liberal Jewish Synagogue. "Ketika orang-orang Yahudi yang mendukung Israel tidak bicara untuk menentang kebijakan yang merusak itu, maka tidak ada jaminan bagi keamanan maupun munculnya iklim yang sehat bagi upaya perdamaian dengan rakyat Palestina…, " tandas Goldberg.

Keberadaan IJV diharapkan bisa memberikan alternatif afiliasi politik bagi komunitas Yahudi yang ingin mengungkapkan pendapatnya, tanpa harus dituduh tidak loyal pada Israel dan membenci bangsanya sendiri.

"Sangat penting bagi mereka yang non-Yahudi untuk tahu bahwa ada komunitas Yahudi yang tidak setuju dengan konsensus yang berlaku di kalangan masyarakat Yahudi, yang menyatakan bahwa Yahudi yang mendukung Israel adalah Yahudi yang baik, " sambung Profesor Hobsbawn. (ln/iol)