Usamah Kembali Ancam AS, CIA Yakini Suara Usamah Otentik

Setelah lama menghilang, Usamah bin Ladin kembali menampakkan dirinya pada publik. Stasiun televisi Aljazeera menayangkan rekaman gambar pemimpin Al-Qaida itu dalam siarannya dan merupakan komunikasi pertamanya pada khalayak sejak Desember 2004. Dalam tayangan tersebut, Usamah menyatakan pihaknya sedang mempersiapkan serangan baru ke Amerika Serikat.

Tayangan ini sempat menimbulkan pertanyaan, apakah itu benar-benar sosok Usamah? Namun Badan Intelejen AS, CIA kemudian memastikan bahwa suara dalam rekaman yang disiarkan Aljazeera itu adalah benar suara Usamah.

Seorang pejabat CIA yang tidak mau disebut namanya mengungkapkan, "Menyusul analisa teknis dari rekaman Usamah bin Ladin yang disiarkan hari ini, CIA menilai bahwa itu adalah suara Usamah bin Ladin."

Pejabat itu tidak menjelaskan lebih jauh bagaimana CIA sampai pada kesimpulan bahwa suara dalam rekaman itu adalah suara Usamah bin Ladin. Kepastian CIA itu makin mengintensifkan pengamatan para pejabat di AS dan negara-negara lain atas rekaman tersebut.

Dalam rekaman yang disiarkan Aljazeera, bin Ladin mengatakan bahwa ia menyampaikan pesannya pada rakyat Amerika setelah polling-polling menunjukkan bahwa "makin banyak mayoritas anda (rakyat AS) yang menginginkan penarikan pasukan AS dari Irak, tapi Bush menentang keinganan itu."

Rekaman terakhir Usamah disiarkan pada Desember 2004 lalu, ketika ia mengumumkan Abu Musab al-Zarqawi sebagai deputinya untuk wilayah Irak dan menyerukan boikot terhadap pemilu Irak.

Analis masalah terorisme dari minggun Jane’s Defense Weekly, Jeremy Bennie berpendapat Bin Ladin tampil sebagai juru damai dan lebih memperlihatkan karakter kenegarawanannya dengan menawarkan gencatan.

"Mereka ingin menunjukkan citra bahwa mereka bisa melakukan serangan jika dan saat mereka pikir memang sudah selayaknya melancarkan serangan. Ini merupakan pesan dari sebuah organisasi yang kuat bukan organisasi yang lemah. Mereka ingin kita meyakini bahwa mereka memegang kendali," papar Bennie.

Richard Clarke, mantan Ketua Anti Terorisme Gedung Putih menyatakan, yang signifikan dari dari tayangan ini adalah bahwa Usamah masih hidup. "Hal yang baru dalam pernyataannya adalah mereka sedang merencanakan sebuah serangan segera ke AS," kata Clarke.

Menanggapi soal tawaran negosiasi yang pernah dilontarkan Usamah, Clarke menilai bahwa tawaran itu didisain untuk membuat Usamah terlibat lebih bertanggung jawab di mata dunia Arab dan Muslim.

"Dia merupakan orang yang sangat pandai membaca opini dunia dan Amerika dan dia jelas-jelas tahu bahwa ia tidak bisa mempengaruhi pemikiran AS," sambung Clarke.

Sepanjang tahun 2003 dan 2004, Usamah bin Laden membuat sejumlah rekaman yang menyerukan umat Islam untuk menyerang kepentingan-kepentingan AS dan mengancam bahwa ia akan melakukan serangan terhadap AS.

Dalam rekamannya yang disiarkan pada 15 April 2004, Usamah bersumpah melakukan balas dendam terhadap AS atas tindakan Israel yang membunuh pendiri dan pemimpin Hamas, Syeikh Ahmad Yasin dam pada saat yang sama menawarkan gencatan dengan negara-negara Eropa.

Pada Oktober 2004, menjelang pemilu presiden di AS, bin Ladin dalam rekamannya menyatakan bahwa AS tidak bisa menghindari serangan seperti yang terjadi pada 11 September jika AS tidak berhenti mengancam keamanan umat Islam.

Selain Usamah, tangan kanannya, Al-Zawahiri juga membuat sejumlah rekaman video dan suara, salah satunya mengklaim bahwa ia bertanggungjawab atas serangan bom di London. Saat itu Al-Zawahari mengatakan, serangan itu dilakukan karena Eropa menolak syarat-syarat gencatan yang sebelumnya ditawarkan Al-Qaida. (ln/iol/alj)