Warga Muslim AS Ancam Boikot Maskapai Penerbangan AS

Warga Muslim AS mengancam akan memboikot perusahaan-perusahaan penerbangan AS, menyusul perlakuan buruk sebuah perusahaan penerbangan AS terhadap enam imam Muslim.

Selain mengancam boikot, warga Muslim juga menuntut kompensasi bagi enam imam tersebut dan undang-undang baru yang melarang adanya tindakan sewenang-wenang yang bernuansa keagamaan dan rasial.

Direktur Eksekutif Muslim American Society (MAS) Freedom Foundation, Mahdi Bray menyatakan, pihaknya menginginkan lebih dari sekedar kata maaf. Ia menginginkan maskapai penerbangan AS dan maskapai penerbangan lainnya yang memperlakukan warga Muslim dengan buruk, diberi sangsi berat. Untuk itu, menurut Bray, harus ada buku pegangan yang menyangkut persoalan tersebut.

"Permohonan maaf cuma kata-kata dan murah, yang kami perlukan adalah tindakan," kata Bray.

Persoalan ini mencuat setelah pada 20 November kemarin, enam imam termasuk Omar Sharin-Profesor Hukum Islam dan Presiden Federasi Imam Amerika Utara-melakukan perjalanan dari Minnesota setelah menghadiri konferensi nasional para imam.

Mereka semua memiliki tiket US Airways penerbangan 300, dinyatakan bersih setelah melewati pemeriksaan keamanan dan sedang menuju ke pintu gerbang pemberangkatan.

Tiga imam melakukan sholat sebelum berangkat. Setelah itu mereka naik ke pesawat. Tapi tiba-tiba keenam imam itu dipaksa keluar pesawat, tangan diborgol, ditahan di bandara dan diinterogasi selama lebih dari lima jam.

Mereka kemudian dibebaskan, tapi US Airways dan maskapai penerbangan lainnya menolak saat mereka membeli tiket untuk penerbangan selanjutnya ke Phoenix.

MAS Freedom Foundation menuntut Departemen Transportasi AS dan Divisi Hak-Hak Sipil Departemen Kehakiman AS, melakukan investigasi atas kasus itu.

Dukungan Lintas Agama

Enam imam Muslim itu mendapat dukungan moral dari para pemuka agama Kristen dan Yahudi. Mereka prihatin dengan perlakuan buruk yang dialami keenam imam tersebut.

Warga Muslim AS akan memanfaatkan sholat Jumat secara massif hari ini untuk menunjukkan dukungannya, serta akan memberikan pernyataan bersama dengan pemuka Kristen dan Yahudi atas kasus tersebut.

"Keyakinan kami menuntut kami untuk menegakkan keadilan dan melawan ketidakadilan. Dengan semangat ini, kami akan melakukan sholat Jumat massal yang akan diikuti oleh pernyataan dukungan bersama dari para aktivis, warga masyarakat dan tokoh-tokoh lintas agama, kantor pusat US Airways," ujar Bray.

Ia melanjutkan,"Tujuan kegiatan ini adalah untuk lebih memberi penegasan pada US Airways bahwa bukan hanya komunitas Muslim yang akan melawan perlakuan buruk bernuansa agama dan ras, tapi kami memiliki banyak teman yang juga mendukung posisi kami."

Terkait dengan ancaman boikot, Bray mengatakan,"Jika US Airways tidak menuruti (tuntutan mereka), kemungkinan akan ada boikot yang akan membuat mereka kesulitan finansial. Saya pikir mereka tidak menginginkan itu terjadi."

Aksi protes sudah dilakukan oleh sejumlah imam, menteri dan rabbi pada Senin (27/11) di depan Reagan Washington National Airport.

"Saya merasa tersinggung mereka diborgol, kemudian ditahan selama lima jam dan akhirnya ditolak saat membeli karcis ke Arizona. Tak seorang warga AS pun yang layak diperlakukan dengan perlakuan yang tidak bertanggung jawab itu," kata mantan aktivis dan mantan anggota Kongres, Walter Fauntroy.

Keith Ellison, warga Muslim pertama yang menjadi anggota Kongres serta anggota Kongres lainnya Sheila Jackson Lee juga mengecam perlakuan pihak US Airways pada keeman imam Muslim. (ln/iol)