Yayasan Syuhada Hizbullah Takkan Biarkan Keluarga Syahid Terlantar

Dengan gaya bicara yang meyakinkan, Ir. Husain Rasalan, Kepala Humas Pusat “Muassasah Asy Syahiid” yang berada di bawah koordinasi Hizbullah, menegaskan bahwa pihaknya akan memberi bantuan ke seluruh keluarga yang telah kehilangan salah satu atau sebagian anggota keluarganya akibat serangan Israel beberapa waktu lalu.

Yang akan memperoleh bantuan tersebut, tidak hanya kaum Muslim Syiah yang memang menjadi sekte dominan dalam Hizbullah, tapi juga kaum Muslim Sunni bahkan kaum non Muslim sekalipun. “Peran pemerintah Libanon dalam hal ini memiliki keterbatasan. Karena itulah, Yayasan yang akan melakukannya,” ujar Husan Rasalan.

Sejak tahun 1982, Muassasah Asy Syahiid telah beroperasi dan memberi bantuan kebutuhan terhadap sekitar 1.500 keluarga para syuhada di Libanon. Meski Muassasah mengalami kerugian akibat serangan Israel selama 34 hari secara terus menerus, di mana tingkat kerugiannya diperkirakan mencapai angka 100 juta dolar. Namun pihak Muassasah Asy Syahid masih terus menyalurkan bantuan kepada seluruh keluarga syuhada itu tanpa gangguan apapun.

Muassasah Asy Syahiid, menurut Rasalan didirikan dari inspirasi tokoh revolusi Iran, Khomeini. Perolehan dana Muassasah diambil dari dana zakat para penganut Syiah yang hidup di berbagai negara. Rasalan menambahkan bahwa Muassasah menganut pemikiran mandiri. Karena itulah Muassasah telah membuat sekolah, rumah sakit, perusahaan,sebagai bagian untuk membantu keluarga syuhada. Selain itu, mereka juga mempunyai metode pengkaderan dan pembinaan kepada keluarga syuhada yang menanamkan pemikiran perlawanan agar hal itu bisa menurun ke generasi selanjutnya.

Dalam wawancara yang dilansir Islamonline, Rasalan mengatakan, “Sejarah kami bersama para keluarga syuhada membuktikan bahwa kami meletakkan mereka dalam daftar prioritas aksi kami. Kami menganggap keluarga syuhada adalah tameng yang akan melindungi aktifitas perlawanan. Selain itu, mereka adalah generasi baru bagi para pejuang yang melanjutkan keluarga mereka yang telah gugur mempertahankan kemuliaan.”

“Tidak boleh terjadi ada seorang anak yang terlantar dari anak-anak para syuhada. Tidak boleh terjadi ada keluarga seorang ayah yang mengajukan dirinya sebagai pejuang lalu ia tidak bisa membeli obat. Masyarakat kami tidak mungkin meninggalkan isteri seorang syahid mencari makan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.”

Bagaimana cara distribusi bantuan itu? Rasalan menjelaskan, “Tidak pernah terjadi ada seorang isteri syahid atau keluarga syahid datang ke bank untuk mengambil dana bantuan untuk keluarganya lalu ternyata rekeningnya kosong. Kami sangat menjaga hingga saat ini agar tak satupun dari mereka berdiri di depan rumah salah satu masyarakat untuk meminta bantuan. Kami selalu mengirimkan uang ke rekening mereka secara periodik sehingga mereka tidak sempat meminta minta.”

Tentang pendidikan dan pengkaderan keluarga syahid, Rasalan menjelaskan bahwa falsafah perlawanan adalah menyebarkan Islam. “Kami mengajarkan mereka untuk tidak melakukan tindakan yang menyakitkan kepada orang lain, apapun sekte dan agama mereka. Tapi mereka harus berani bertindak menolak kezaliman. Kami mengajarkan mereka bahwa menolak kezaliman dan keinginan mati syahid di jalan kebenaran bisa memindahkan manusia dari kehidupan dunia yang sementara pada kehidupan akhirat yang abadi dan bahagia.” Dalam rangka pengkaderan itu juga, menurut Rasalan, keluarga syuhada ditanamkan pemikiran untuk menolak pemikiran Zionisme yang selalu menyerukan pada kesesatan. (na-str/iol)