Yordania Akan Bekukan Hubungan Diplomatik Dengan Israel

Perdana Menteri Yordania Nader Dahabi mengatakan, pemerintahnya kemungkinan akan mengkaji ulang hubungan diplomatik dengan Israel, menyusul serangan biadab Israel ke Jalur Gaza. Dahabi menyatakan sudah menyampaikan hal tersebut ke parlemen Yordania.

"Yordania akan mengkaji semua opsi, termasuk mengkaji kembali hubungan diplomatik dengan Israel. Kami tidak bisa tinggal diam melihat ancaman yang bisa mempengaruhi keamanan seluruh kawasan," kata Dahabi.

Saat ini, memang baru Yordania dan Mesir, dua negara Arab yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, setelah penandatanganan kesepakatan Camp David. Namun belakangan ini, publik Yordania melakukan tekanan kuat pada pemerintahnya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Zionis Israel.

Bersamaan dengan aksi unjuk rasa anti-Israel, ribuan mahasiswa di Yordania belum lama ini melakukan aksi massa ke parlemen Yordania dan menuntut agar pemerintah membekukan hubungan diplomatik dengan Israel serta mengusir duta besar Israel.

"Kami akan terus turun ke jalan sampai tuntutan kami dipenuhi, atau kami akan seperti Mesir yang tidak berbuat apapun untuk membantu warga Gaza," kata seorang mahasiswi dalam aksi massa itu. Para mahasiswa itu juga mendesak pemerintah Yordania untuk mendukung perjuangan Hamas.

Di Yordania terdapat hampir tiga juta pengungsi Palestina, yang kebanyakan sudah dinaturalisasi dan menjadi warga negara Yordania. Meski demikian, mereka tetap memiliki rasa cinta yang kuat terhadap tanah air mereka, Palestina.

Negosiasi Uni Eropa

Sementara itu, sejumlah diplomat Eropa sudah tiba di sejumlah negara di Timur Tengah untuk mengupayakan gencatan senjata dan penghentian serangan Israel ke Jalur Gaza. Mereka antara lain Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Menteri Luar Negeri-nya Bernard Kouchner, Menlu Cekoslovakia Karel Schwarzenberg, Menlu Swedia Carl Bildt dan utusan khusus Rusia untuk Timur Tengah Alexander Saltanov.

Para diplomat itu Eropa yang dipimpin Javier Solana, sudah tiba di Mesir pada hari Minggu dan dijadwalkan bertemu dengan presiden Mesir Husni Mubarak hari ini kemudian akan berkunjung ke al-Quds dan Ramallah, wilayah Palestina di Tepi Barat.

Di pihak lain, Hamas menyatakan akan mengirimkan delegasinya ke Mesir untuk negosiasi gencatan senjata. Menurut Ayman Taha, salah seorang pejabat Hamas, mereka mengirim delegasi sebagai respon atas undangan Mesir untuk melakukan dialog.

Sebelumnya, Hamas menyatakan jika pun Hamas bersedia bernegosiasi, topik yang dibahas harus berkaitan dengan upaya untuk menghadapi agresi Israel dan bukan isu-isu lain. (ln/prtv/aljz)